A Beautiful Life 1/2

cf1

“Bagaimana? Serasikan dengan pakaianmu?”

Kyuhyun memutar tubuhnya di depan Je Wo yang hanya menekuk wajahnya kesal. Pria itu malam ini mulai bertingkah, ia memaksa ikut serta dalam acara reunian istrinya dengan sesama teman kuliahnya dulu. Sedangkan Je Wo sama sekali tidak ingin Kyuhyun ikut serta dengan alasan tidak ingin semua temannya tau jika dia sudah menikah dengan pria itu.

Acara ini memang tertutup dan tidak mengundang banyak teman mereka. Hanya ada 6 orang yang akan hadir disana, dua diantaranya sudah menikah yaitu Je Wo dan salah satu teman wanitanya. Tapi meski begitu, wanita itu tetap saja enggan jika Kyuhyun ikut serta bersamanya.

“Tuan Cho, ayolah… ini akan sangat merepotkan nantinya. Bagaimana kalau salah satu diantara mereka membuka  mulut? Kau ingin terlibat masalah lagi?” bujuk Je Wo dengan wajah memelas.

Kyuhyun mengangkat bahunya acuh, melangkah mendekati Je Wo yang duduk resah di atas sofa dengan kedua kaki terlipat. Ia mengambil tempat duduk disamping istrinya, “Bukankah kau bilang mereka sudah tau jika kau menikah dengan salah seorang artis? Jadi aku rasa itu tidak jadi masalah.” Ujarnya bersikeras.

“Tapi_”
“Aku juga ingin mengenal beberapa temanmu, kau saja sudah mengenal semua temanku, kenapa aku tidak boleh?”

“Ini berbeda, bodoh!” umpat Je Wo geram, “Heish, terserah kau saja, kalau terjadi sesuatu jangan salahkan aku.” Rutuknya, ia segera berdiri dan melangkah meninggalkan Kyuhyun yang tersenyum puas.

“Cho Hyunje apa kau masih lama lagi?!” teriak Je Wo keras, wanita ini akan melakukan hal itu jika tengah merasa kesal.

“Ya, sebentar!” teriak Hyunje dari dalam kamarnya. Malam ini dia akan menginap di rumah Nenek dan Kakeknya, mengingat kedua orang tuanya yang pasti akan pulang larut.

****

Kyuhyun membukakan pintu mobilnya untuk Je Wo, mengulurkan sebelah tangannya pada wanita yang menyambut uluran tangannya dengan enggan. Ia melingkarkan lengan istrinya pada lengannya, berjalan ringan memasuki sebuah restoran mewah disebuah hotel yang terletak di daerah Gangnam.

Pria itu menaikkan dagunya angkuh, menyunggingkan senyuman tipis menawannya di sepanjang jalan. Ada seraut wajah bangga yang tergaris pada wajahnya saat ia menggandeng istrinya masuk kesana tanpa penyamaran. Jangan katakan jika tidak ada yang memperhatikan mereka karena siapa saja yang mereka lewati melemparkan tatapan kagetnya kearah sepasang suami istri itu.

Kyuhyun sama sekali tidak memperdulikan tatapan-tatapan semua orang pada mereka. Ia sudah terlalu lama bersembunyi dan kali ini ingin sedikit bermain terbuka, mengenalkan diri sebagai suami wanita itu meskipun tidak berucap.

Namun hal itu berbeda dengan yang dirasakan oleh Shin Je Wo. Jantungnya tak henti berdetak tak berirama. Kecemasannya semakin menjadi-jadi setiap kali menemukan mata puluhan orang yang menatap mereka di sepanjang jalan menuju ruangan tempat dimana ia akan bertemu dengan teman-temanya.

Kyuhyun dapat merasakan rangkulan dilengannya menguat, ia tau wanita itu pasti merasa cemas, “Jangan terlalu tegang, oke? Tenang saja, meraka hanya terkejut melihat pria tampan ada disini.” Bisiknya pelan di telinga Je Wo.

Je Wo melemparkan tatapan membunuhnya pada Kyuhyun, ini bukan saatnya bercanda. Ya, benar. Tapi Kyuhyun sama sekali tidak ingin mempermasalahkannya dan itu sangat mengganggu bagi Je Wo.

“Mereka semua melihat kearah kita.  Ini tidak baik, Cho Kyuhyun.” Balasnya, ia semakin merapatkan diri pada suaminya.

Kyuhyun terkekeh pelan, lalu menyunggingkan senyuman nakal sebelum tangannya mengitari pinggang Je Wo hingga ia berjalan dengan merangkul pinggang Je Wo.

Shin Je Wo melebarkan kedua matanya terkejut. Oke, ini bukan pertama kalinya pria itu melakukan hal seperti ini, tapi kali ini mereka berada ditempat umum. Ia melirik Kyuhyun  yang masih tersenyum nakal.

“Jangan banyak bicara, atau kau ingin aku memelukmu disini?” tanya pria itu, ia mendekatkan wajahnya ketelinga Je Wo dan berbisik pelan. “Ini pertama kalinya aku berjalan didepan umum bersama denganmu. Kau tidak tau betapa senang dan bangganya aku malam ini? Aku dapat memperkenalkan dirimu sebagai istriku, itu hal yang paling membanggakan bagiku.”

Wajah Je Wo merona, ia tidak lagi bisa membalas ucapan Kyuhyun. Terlalu tersentuh? Ya, itu sudah pasti. Wanita itu hanya dapat pasrah dengan apa yang akan dilakukan pria itu malam ini. Entah apa itu, yang pasti akan membuanya sedikit sulit.

****

“Hai…”

Beberapa orang yang sudah hadir di sebuah ruangan besar dengan fasilitas mewah didalamnya serentak menoleh pada Je Wo yang baru saja menyecahkan kakinya disana. Mereka memekik girang dan segera berhambur memeluk Je Wo.

Kyuhyun tersenyum kecil melihatnya, Shin Je Wo terlihat begitu senang dapat kembali bertemu dengan teman-temannya. Ia mulai mengitari pandangannya keruagan itu, mengangguk kecil melihat segala properti yang teramat lengkap disana. Ada begitu banyak mesin game untuk bermain, ada fasilitas untuk karaoke dan meja makan yang begitu besar.

“Sudah lama tidak bertemu, kau semakin tampak memukau.”

Kyuhyun menoleh pada kerumunan orang yang masih mengitari istrinya. Ia menemukan seorang pria berdiri dihadapan Je Wo, pria itu memiliki tinggi tubuh yang sama dengannya tapi lebih memiliki bentuk tubuh ideal para pria. Cho Kyuhyun menyipitkan kedua matanya kearah pria yang masih menatap istrinya dengan wajah penuh kekaguman. Ia melirik Je Wo dan mendesis kesal ketika wanita itu tampak tersipu malu.

Tanpa menunggu ia segera mendekati Je Wo, berdiri disamping wanita itu dengan menyunggingkan senyum manisnya. Dan hal itu sontak membuat semua teman Je Wo terkejut dengan keberadaannya.

“K-kau, bu-bukankah kau…” gumam salah satu gadis dengan jari telunjuk yang mengarah pada wajah Kyuhyun.

Bahkan kini semua mata tertuju pada Kyuhyun, masing-masing melemparkan tatapan penuh tanya. Je Wo melirik cemas pada Kyuhyun yang tampak biasa saja.

“Ya, kenalkan. Aku Cho Kyuhyun,” Kyuhyun melirik pria yang sebelumnya memuji istrinya, “Suaminya.” Ujarnya penuh penekanan.

Je Wo memijat dahinya frustasi, bibirnya hanya dapat membentuk senyuman kaku bercampur cemas. Entah apa yang nanti akan dilakukan teman-temannya setelah tau jika Kyuhyun adalah suaminya.

“Jadi… kau benar-benar menikah dengan salah seorang artis?” tanya seorang gadis yang memakai kaca mata berbingkai hitam.

“Ck, bukankah sudah aku katakan? Kau pikir aku hanya membual, Lee Saera?” sungut Je Wo tidak terima.

“Tunggu-tunggu, tapi yang aku tau, member Super Junior belum ada yang menikah dan tidak boleh menikah. Lalu, bagaimana bisa?” ujar seorang gadis lainnya.

Kyuhyun menyengir lebar, “Ya, tapi kami memang sudah menikah. Kalau masalah itu, biarkan menjadi privacy kami dan aku mohon bantuan dari kalian untuk tidak memberitau siapapun tentang ini.” Jawabnya sembari menggenggam sebelah tangan Je Wo.

Keempat gadis yang berada disana mendesah iri melihat bagaimana manisnya Kyuhyun memperlakukan Je Wo. Setelah itu semuanya berjalan baik dan tidak seperti yang Je Wo pikirkan. Bahkan teman pria Je Wo yang sebentar lagi akan menikah banyak berbincang pada Kyuhyun, menanyakan hal ini itu yang harus dilakukan pengantin pria. Sontak saja Je Wo tertawa mendengarnya, apa lagi wajah Kyuhyun yang tampak kaku. Bagaimana bisa pria itu menjawabnya sedangkan dulu saja ia tidak menginginkan pernikahannya.

Ternyata teman-teman Je Wo cepat mengakrabkan diri dengan Kyuhyun. Dan anehnya, pria itu tampak begitu menikmati perkenalan dengan keenam teman istrinya. Je Wo berkali-kali melemparkan tatapan tidak percaya pada Kyuhyun yang semakin membuat perbincangan diantara mereka kian akrab. Setaunya, Kyuhyun bukan pria yang mudah mendekatkan diri dengan orang lain.

“Aku tidak menyangka kau sudah menikah.”

Je Wo menoleh kesamping, menemukan Park Seung Ho telah duduk disampingnya. Ia menyodorkan segelas minuman pada Je Wo. Wanita itu tersenyum dan mengambil gelas yang diberikan Seung Ho padanya dengan sedikit kikuk. Jelas saja, Je Wo pernah menghabiskan masa-masa mudanya berkencan dengan pria itu. Bahkan setahun sebelum pernikahannya dengan Kyuhyun, pria itu masih menamani hari-harinya. Meskipun sekarang ia tidak lagi menyukai pria itu seperti dulu, tapi tetap saja rasa canggung itu ada.

“Ya, aku memang sudah menikah.” Jawabnya dengan senyuman kecil.

Park Seung Ho tersenyum kecil, “Bagaimana bisa kau menikah dengannya? Setauku dulu kau tidak memiliki hubungan dekat dengan seorang artis ataupun yang berhubungan dengan itu.” Tanya Seung Ho dengan nada ringan walaupun penuh tuntutan.

Je Wo memegang leher belakangnya canggung. Terlalu tidak nyaman jika dia harus menceritakan kisah cintanya dan Kyuhyun pada seorang mantan kekasihnya, “Semuanya terjadi begitu saja. Aku juga tidak tau bagaimana bisa bertemu dengannya, siapapun tidak ada yang dapat memastikan takdir hidupnya, bukan?” jawab Je Wo.

Seung Ho mengangguk kecil, melemparkan tatapannya pada Kyuhyun yang tampak tertawa lebar di sudut ruangan bersama yang lainnya. Mengamati Kyuhyun intens dengan senyuman remehnya, setelah itu kembali memandang Je Wo yang bermain-main dengan sebuah gelas di sebelah tangannya.

“Aku dengar dulu kau sempat bekerja sebagai penulis.”

Je Wo tersenyum malu dengan wajah sedikit merona. “Ya, dulu aku memang pernah menjalani profesi itu. Tapi tidak lama, aku hanya pernah sekali terjun kesana dan mengakhirinya.”

“Kenapa?”

“Aku sudah menikah, jadi Kyuhyun merasa aku tidak perlu lagi bekerja.”

Alis Seung Ho melengkung, “Dia melarangmu berkarir?” selidiknya.

Je Wo menoleh cepat padanya, menatap Seung Ho dengan dahi sedikit berkerut, “Tidak.” Jawabnya.

“Tidak?” sela Seung Ho dengan nada ironis, “Dia melarangmu melanjutkan profesimu sebagai penulis yang aku tau kegiatan itu sangat kau gilai,” Seung Ho menyeringai kecil. “Bukankah itu sama saja dia melarangmu untuk berkarir?”

Je Wo meneguk ludahnya berat, kenapa dia terlihat sangat peduli denganku? Kalaupun yang dikatakannya itu benar, aku sama sekali tidak keberatan. Je Wo mencoba untuk tersenyum, tidak ingin terlalu jauh membahas mengenai hubungan rumah tangganya dan Kyuhyun pada mantan kekasihnya. Ia meneguk minumannya hingga habis kemudian menoleh pada Seung Ho, “Minumanku habis, aku pergi kesana dulu ya.” Pamitnya sopan sebelum beranjak dari sana.

Je Wo melangkah cepat mendekati Kyuhyun dan yang lain, ada perasaan tidak nyaman ketika ia berdekatan dengan Seung Ho. Seperti perasaan canggung bercampur takut. Wanita itu segera bergelanyut pada lengan Kyuhyun hingga pria itu menoleh kaget padanya.

Kyuhyun yang sedang memperhatikan seorang teman pria Je Wo yang bertanding games dengan Lee Saera menemukan raut wajah gusar di wajah istrinya, “Ada apa?” bisiknya pelan.

Je Wo menggeleng pelan padanya tanpa menoleh, ia lebih memilih melihat teman-temannya bersorak meneriaki kedua orang yang sedang bertarung games disana. Melihat itu Kyuhyun merasa ada sesuatu yang aneh pada istrinya, ia menoleh kebelakang, ketempat dimana istrinya bercakap-cakap bersama Seung Ho tadi. Kyuhyun menemukan Seung Ho tengah menatapnya aneh, tatapan yang seakan menyiratkan ketidak sukaannya terhadap Kyuhyun.

Apa-apaan pria ini? Umpatnya dalam hati, dari awal dia memang sudah merasa ada yang tidak beres dengan Seung Ho yang tampak sangat memuja istrinya. Pria itu seperti memiliki ketertarikan besar pada Je Wo dan Kyuhyun tidak suka dengan itu. Kyuhyun menyunggingkan seringai khasnya sebelum memeluk pinggang Je Wo mesra. Melemparkan tatapan penuh kemenangan pada Seung Ho yang tampak menggeram.

Kyuhyun terkekeh kecil ketika kembali menghadap kedepan, ia masih memeluk Je Wo dari belakang. Kekehan kecilnya membuat Je Wo menolehkan wajah padanya.

“Kenapa?”

Kyuhyun menggeleng pelan, “Tidak ada.” jawabnya ringan, mengecup pipi Je Wo sebentar hingga wanita itu menghela nafas malas dan kembali memutar wajahnya.

****

Setelah selesai menikmati makan malam yang disajikan restoran mewah itu, semuanya kini duduk manis di atas sofa yang menghadap pada sebuah layar televisi lebar  yang menyerupai layar bioskop, namun memiliki ukuran sedikit kecil. Kali ini mereka ingin memutar sebuah video memori kebersamaan mereka dulu ketika masih duduk di bangku kuliah. Semuanya tampak tidak sabar menunggu Lee Tae Sun mempersiapkan segalanya.

Sementara Kyuhyun sedari tadi tampak menjauhkan Je Wo dari jangkauan kedua mata Seung Ho yang tidak ingin lepas memandang wajah istrinya. Kyuhyun mati-matian menahan kekesalannya agar tidak berakhir dengan memukul wajah Seung Ho ketika menikmati makan malam. Pria itu selalu tersenyum manis pada Je Wo ketika wanita itu bercerita menganai apapun. Tidak menghiraukan tatapan tajam Kyuhyun padanya.

“Ya, Tae Sun-ah! Kenapa lama sekali?” teriak mereka yang sudah tidak sabar melihat Tae Sun belum juga berhasil memutar video itu.

“Tunggu sebentar, aku sedikit menemukan kesulitan.” Gumam Tae Sun.

“Ck, memangnya ada masalah apa?” rutuk Je Wo, wanita itu sudah bersiap-siap berdiri ingin menghampiri Tae Sun, namun sayangnya Kyuhyun menahannya hingga kembali duduk ketempatnya.

“Kau mau kemana?” tanya Kyuhyun.

Je Wo berdecak kesal, “Mau membantunya, bisa-bisa  sampai tengah malam nanti video itu tidak dapat juga kita lihat kalau si bodoh Tae Sun tidak dibantu.” Cibirnya.

Kyuhyun kembali melirik Seung Ho yang masih memperhatikan mereka, “Biar aku saja. Kau duduk diam disini dan jangan bergerak,” perintahnya. “Setelah selesai menonton aku harap kita bisa pulang secepatnya.”

Kyuhyun menghampiri Tae Sun yang tampak sibuk mengotak-atik benda-benda dihadapannya. Ia mulai membantu pria itu agar mempercepat waktunya untuk segera membawa Je Wo pergi dari sana dan terbebas tatapan si berengsek Park Seung Ho. Tanpa banyak bicara Kyuhyun menyelesaikan apa yang seharusnya menjadi pekerjaan Tae Sun. Dalam hati ia mengumpat kebodohan Tae Sun dalam menggunakan benda penghubung video itu ke layar televisi yang begitu mudah di kerjakan.

“Sudah, kau tinggal menghidupkannya.” Ujar Kyuhyun pada Tae Sun.

“Woah.. kau pintar sekali Kyuhyun sshi.” Puji Tae Sun.

Ya, memang hanya kau saja yang bodoh. Mengerjakan pekerjaan semudah ini saja tidak bisa. Kyuhyun hanya menyunggingkan seulas senyuman tipis padanya, setelah itu berbalik dan berniat kembali pada Je Wo. Tapi pemandangan yang tersaji disana membuat ia menggeram tertahan dengan kedua tangan terkepal.

Disana, Park Seung Ho sudah menggantikan tempatnya. Pria itu duduk dengan nyaman di samping Je Wo dan tampak bercakap-cakap serius dengan istrinya. Dan emosi Kyuhyun mulai memuncak saat dengan beraninya pria itu menyentuh ujung kepala Je Wo hingga wanita itu terperangah.

Langkah Kyuhyun kian menyepat mendekati keduanya, “Maaf, bisakah kau menyingkir dari istriku? Aku ingin duduk disampingnya.” Ucap Kyuhyun penuh penekanan.

Je Wo menatap cemas wajah Kyuhyun yang memerah menahan emosi, ia berkali-kali melemparkan tatapan bergantian pada kedua pria itu. Je Wo merasa Kyuhyun melihat Seung Ho menyentuh kepalanya ketika mereka sedang bercanda beberapa saat yang lalu.

Park Tae Sun tersenyum sinis, “Oh, tentu saja. Aku tidak keberatan.” Jawabnya ringan penuh kemenangan.

“Tidak keberatan?” geram Kyuhyun.

Je Wo tampak panik menatap sekitarnya, untung saja mereka duduk sedikit jauh dari yang lain hingga tidak ada yang menyadari keadaan mereka disana.

“Ho-ya, aku rasa sebaiknya kau kembali ketempatmu.” Ucap Je Wo yang akhirnya bersuara. Ia menatapa Seung Ho memelas, jika saja pria itu menolak, bisa dipastikan Kyuhyun tidak akan dapat kembali mengontrol emosinya.

Seung Ho menggedikkan bahunya pelan, beranjak dari tempatnya dan meninggalkan keduanya. Sebelumnya ia sempat melemparkan senyuman kecutnya pada Kyuhyun.

“Kau ini kenapa?” desis Je Wo saat Kyuhyun telah duduk disampingnya. “Bagaimana jika tadi ada yang melihat kau seperti itu padanya? Semua orang akan berpikir yang tidak-tidak padamu.”

Kyuhyun menatap tajam Je Wo, membuang nafas kasarnya. “Kau kira aku bisa diam saja melihat pria sialan itu berusaha mendekatimu? Kau tidak bodoh, kan? Aku rasa kau juga tau jika dia menginginkanmu. Terlihat dari tatapan binalnya setiap kali memperhatikanmu, demi Tuhan aku benar-benar ingin membunuhnya.”

Wajah Je Wo memucat, ia sadar jika Kyuhyun sudah tau apa yang ia resahkan sedari tadi. Seung Ho memang sangat tampak kembali mendekatinya. Je Wo sama sekali tidak pernah berpikiran untuk kembali pada pria itu, tapi tetap saja ia merasa ngeri setiap kali pria itu menunjukkan perhatian-perhatian besar padanya. Kali ini kecemasannya menjadi-jadi melihat bagaimana emosinya Kyuhyun pada Seung Ho tadi.

“Apa dulu kau dan dia memiliki hubungan khusus?” tanya Kyuhyun menyelidik.

“A-apa?”

“Apa kalian, kau dan dia. Pernah memiliki hubungan khusus? Kalau benar, saat ini juga akan kubunuh pria berengsek itu.”

Iya, dulu dia adalah kekasihku. Ya Tuhan, apa yang akan dilakukan pria ini jika tau dulu Park Seung Ho adalah kekasihku?

            “Kenapa kau diam saja?” rutuk Kyuhyun.

Je Wo tampak sulit untuk sekedar membuka mulut, ia berkali-kali menelan ludah gugup, berusaha menjawab pertanyaan Kyuhyun.

“Begini, aku dan Seung Ho_”

“Mulai!!!!”

Teriakan nyaring oleh yang lainnya mengalihkan perhatian sepasang suami istri yang tampak bersitegang disana. Diam-diam Je Wo mendesah lega, setidaknya Kyuhyun tidak akan bertanya masalah itu untuk beberapa saat. Jika ia bertanya di rumah nanti, akan lebih mudah bagi Je Wo untuk menjelaskannya. Setidaknya, Seung Ho sudah tidak lagi berada di dekat mereka.

Kini di layar besar itu, muncullah wajah-wajah banyak orang yang membuat keenam orang disana berteriak. Bahkan Je Wo tanpa sadar menggenggam tangan Kyuhyun dan menggoyang-goyangkannya keatas, wanita itu teramat senang dapat kembali melihat kenangan-kenangannya dulu bersama semua teman-teman kuliahnya.

Kyuhyun melirik kelayar besar itu enggan, emosinya masih belum dapat diredam begitu saja dengan teriakan riang istrinya beserta teman kulaihnya dulu. Dengan perasaan enggan ia berusaha menikmati potongan-potongan gambar yang bermunculan disana.

Kyuhyun menyadari jika Je Wo memang memiliki kenangan indah bersama teman-temannya semasa dulu. Terlihat dari banyaknya foto mereka di semua kesempatan, diam-diam pria itu tersenyum kecil melihat wajah manis Je Wo setiap kali berpose, ia tau itu jelas sangat menipu.

“Wahhh lihat, itu kau Je Wo-ya!” teriak Tae Sun tergelak.

kang-min-kyung

Wajah Je Wo dengan ekspresi mengejek yang terlihat lucu terpampang jelas disana. Kyuhyun tersenyum kecil melihat ekspresi wajah wanita itu, ia melirik Je Wo yang menatap tajam Tae Sun membunuh.

“Untuk apa kau memasukkan foto seperti ini, hah?! Kau ingin merusak pamorku?” hardiknya tidak terima.

“Pamor? Memangnya kau seterkenal apa dulu?” sambung Kyuhyun.

Je Wo menoleh padanya, menatap Kyuhyun lama sesaat. Ia masih ingat beberapa saat yang lalu Kyuhyun terlihat marah padanya, tapi saat ini ia dapat melihat raut wajah Kyuhyun seperti biasa. Sepertinya dia tidak marah lagi, batinnya. “Kau tidak tau? Begini-begini aku itu sangat terkenal di kampusku. Dari mulai gerbang kampus hingga kepelosok sudut manapun, semua orang pasti mengenalku.” Jawabnya bangga.

Kyuhyun melirik teman-teman wanita itu yang mengangguk bersemangat, meyakinkan Kyuhyun jika istrinya memang seterkenal apa yang ia banggakan. Pria itu mencoba tetap mempertahankan wajah tidak percayanya, “Meragukan sekali.” Gumamnya datar.

Je Wo menatap garang padanya dengan desisan kesal hingga Kyuhyun tertawa pelan, “Aku percaya, puas?” ujarnya mengalah, ia membalikkan wajah Je Wo kembali menghadap kedepan televisi. Tangannya meraih tangan Je Wo dan menggenggamnya hangat, menarik tubuh istrinya agar lebih merapat padanya.

Park Seung Ho mengamati sepasang suami istri itu dengan tatapan menghujam. Pria itu, entah kenapa merasa tidak rela melihat mantan kekasihnya telah menikah. Setelah hubungannya dan Je Wo kandas beberapa tahun silam, ia memang belum pernah menemukan wanita yang dapat mengisi kekosongan hatinya seperti Je Wo. Sudah berkali-kali pria itu mencoba mengencani banyak gadis dan menjalin hubungan serius, sayangnya tidak ada satu orangpun yang dapat mengisi hatinya seperti Shin Je Wo dulu. Ketika ia mendengar Je Wo telah menikah, hatinya merasa terluka, ia menyesal karena dulu memutuskan hubungan mereka.

****

“Lihat, wajah Saera terlihat paling jelek disana.”

“Enak saja kau! Wajahmu yang terlihat aneh.”

“Jangan meracau, wajah kalian sama-sama terlihat aneh.”

“Hahaha.”

“Setidaknya aku tidak memakai kaca mata kuda sepertinya.”

“Kaca mata kuda? Hahaha.”

Kyuhyun turut tertawa bersama mereka, ada saja yang menjadi bahan ledekan orang-orang itu setiap kali slide di layar itu menampakkan foto apapun. Meskipun pria itu masih sempat memergoki Seung Ho yang masih beberapa kali memperhatikan Je Wo, ia tetap berusaha mengontrol emosinya.

“Itu, itu aku, kan?” pekik Je Wo.

Kyuhyun memutar wajahnya, mendapati wajah istrinya terpampang jelas disana. Bermacam-macam ekspresi wajah istrinya bermunculan disana. Tidak di pungkiri, wanita itu terlalu lihai menipu di depan kamera. Kyuhyun tersenyum kecil, wajah Je Wo tidak berbeda dari dulu hingga sekarang. Masih terlihat muda dan sedikit kekanakan. Kyuhyun melirik istrinya yang tersenyum malu melihat wajahnya sendiri.

kmk1

“Hei,” Bisik Kyuhyun pelan, bibirnya mendekati daun telinga Je Wo. “Kau yakin, saat itu kau memang sudah lulus kuliah?”

Je Wo menoleh tidak mengerti pada Kyuhyun, dahinya mengernyit menatap suaminya yang menggedikkan dagu pada fotonya yang sedang mengenakann baju wisuda beserta sebuah topi diatas kepalanya.

“Tentu saja, kau tidak lihat aku berfoto diacara kelulusanku?”

Kyuhyun menggeleng miris, menatap Je Wo dengan tatapan meremehkan. “Tapi kau terlihat seperti gadis yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.”

“Apa?” desis Je Wo. Tangannya bergerak cepat mencubiti perut berisi Kyuhyun bertubi-tubi.

“Yah, sakit,” Ringis Kyuhyun, kedua tangannya berhasil menahan kedua tangan Je Wo yang tampak masih ingin menghabisi perut suaminya. “Kau brutal sekali.”

Je Wo tersenyum penuh kemenangan dan kembali menghadap kedepan.

Kyuhyun terkekeh pelan karena berhasil merecoki istrinya, tapi tatapannya kembali bertemu dengan kedua mata Seung Ho. Seketika senyuman yang sedari tadi terkembang di bibirnya, sirna sudah. Kyuhyun tidak perduli dengan statusnya sebagai seorang artis yang harus menjaga image di hadapan semua orang. Baginya, jika ada satu pria pun yang berani mendekati ataupun memiliki ketertarikan terhadap istrinya, maka pria itu akan siap mendapat sikap keegoisannya.

Mereka semua kembali larut pada kenangan-kenangan masa lalu. Terkadang tertawa, mencela dan berteriak kekanakan. Slide demi slide bermunculan dan memang disana lebih banyak menampilkan wajah Je Wo.

Hingga saat itu, muncullah sebuah potongan gambar yang membuat semua orang melebarkan mata masing-masing. Sebuah gambar yang menampilkan kemesraan Shin Je Wo dan Park Seung Ho yang tengah berciuman.

m

“Huwaaa aku lupa mengedit bagian yang ini!” teriak Tae Sun, dengan segera ia meraih remot dan menekan tombol pause hingga potongan gambar itu semakin terpampang jelas disana. Pria ini melirik takut kesampingnya, menemukan wajah sepasang suami istri itu memucat.

****

Wajah Kyuhyun tampak mengeras, garis-garis rahang tegasnya terlihat jelas menahan emosi. Potongan gambar itu sudah mejelaskan pertanyaan yang ia lontarkan pada Je Wo beberapa saat lalu. Ia melemparkan tatapan murka pada Je Wo yang semakin memucat. Wanita itu tidak berani untuk sekedar menoleh pada Kyuhyun.

“Ini memang kenangan lama, tapi tetap terlihat indah meski dilihat sekarang.”

Kyuhyun dan Je Wo menoleh serempak pada Seung Ho yang berujar. Begitu juga yang lain, semua orang tampak terkejut mendengar ucapan Seung Ho yang teramat jelas memancing emosi Cho Kyuhyun.

Seung Ho masih menatap foto mesranya bersama Je Wo dengan senyuman tipis, wajahnya tampak bahagia menatap kenangan indahnya bersama wanita yang telah bersuami itu, “Musim panas beberapa tahun lalu, pergi kepegunungan untuk berkemah. Orang-orang sibuk dengan pekerjaan masing-masing untuk menyiapkan tenda dan keperluan lainnya. Sedangkan kita…” Seung Ho menoleh pada Je Wo, menatap lekat wajah wanita itu.

Kelima teman mereka menggeleng pelan, ingin sekali berteriak pada Seung Ho agar pria itu menghantikan ocehannya. Mereka tidak mengerti bagaimana bisa Seung Ho mengatakan hal itu di depan Kyuhyun yang sudah jelas berstatus sebagai suami Je Wo.

Je Wo menggigit bibir bawahnya kuat, ia tidak bisa bergerak dan bersuara. Dapat ia rasakan aura mengerikan dari Kyuhyun yang masih menatap tajam Seung Ho. Entah apa yang akan terjadi setelah ini pada pria itu jika saja ia melanjutkan ucapannya.

“Berciuman tanpa memperdulikan orang lain. Itu adalah kenangan terindah yang pernah kita lakukan bersama.”

Je Wo merasa sofa yang ia duduki bergoyang, dalam hitungan detik ia telah melihat Kyuhyun berada dihadapan Seung Ho, mencengkram kerah baju pria itu. Tatapan pria itu seakan siap membunuh Seung Ho detik itu juga, bahkan gigi-giginya saling bergemeretak menahan emosi.

“Berengsek, untuk apa kau mengatakan itu dihadapanku? Kau dan dia telah selesai, apa kau belum mengerti?” desis Kyuhyun.

Seung Ho mendengus kasar, kedua bola mata hitamnya menajam menantang Kyuhyun. “Aku tau, tapi itu tidak menutup kemungkinan jika kami akan kembali_”

BUG!

“Cho Kyuhyun!!” teriak Je Wo.

Pekikan Je Wo sontak membuat ruangan itu riuh, kelima temannya tampak bingung ingin melakukan apa. Empat diantara mereka adalah perempuan yang sudah jelas tidak dapat melerai, sementara Tae Sun sendiri juga tidak bernyali untuk melerai keduanya.

“Bermimpi saja kau, bajingan! Kau pikir aku akan membiarkan pria sialan seperti kau menyentuh istriku?! Dia adalah milikku, berengsek!”

BUG!

Cho Kyuhyun memukuli wajah Seung Ho berkali-kali, emosinya tidak tertahan. Tatapan mesra Seung Ho yang berkali-kali ia lihat malam ini pada Je Wo memenuhi otaknya. Belum lagi potongan gambarnya dan Je Wo yang tengah berciuman, semakin terlintas di kepalanya maka akan semakin kuat Kyuhyun memukul wajah Seung Ho.

“Tae Sun-ah, cepat pisahkan mereka!” teriak Saera.

“Ta-tapi bagaimana? A-aku tidak tau.” Jawab Tae Sun bingung.

Je Wo melangkah cepat mendekati kedua pria itu. Tangannya berusaha menarik bahu Kyuhyun. Kedua lutut pria itu bertumpu diatas sofa untuk menahan tubuhnya agar dapat memukuli wajah Seung Ho, “Cho Kyuhyun sudah, hentikan!” teriaknya.

Sialnya usahanya sia-sia, entah bagaimana bisa Kyuhyun memiliki tenaga sekuat itu. Berkali-kali ia mencoba maka berkali-kali ia tetap gagal. Je Wo melirik wajah Seung Ho yang semakin memprihatinkan, banyak noda darah yang mengotori wajahnya. Bahkan kepalan tangan Kyuhyun penuh oleh darah Seung Ho.

“Ya Tuhan kau bisa membuhnya, Cho Kyuhyun!” teriak Je Wo frustasi, “Tae sun-ah cepat bantu aku!”

Saera menarik tangan Tae Sun dan membawanya mendekat. Kedua orang itu membantu Je Wo menarik Kyuhyun dan memisahkannya dari Seung Ho. Kali ini berhasil, tubuh Kyuhyun tertarik kebelakang hingga cengkramannya dari Seung Ho terlepas.

Ketiga orang wanita lainnya segera mendekati Seung Ho, memeriksa keadaan pria itu yang jauh dari kata baik-baik saja.

“Apa yang kau lakukan?!” teriak Je Wo pada Kyuhyun. Ia menatap Seung Ho sejenak, merasa terenyuh dengan kedaan pria itu. Park Sung Ho tampak terengah dengan tenaga yang ada, wajahnya hampir tak berbentuk akibat pukulan Kyuhyun.

Je Wo memutar tubuhnya kebelakang, menatap tajam Kyuhyun yang masih tampak memburu menahan emosi, “Lihat, lihat apa yang kau lakukan padanya?!” teriak wanita itu.

“Kenapa?” geram Kyuhyun, “Kau keberatan atas perlakukanku pada mantan kekasihmu?” sambungnya sinis. Kyuhyun yang merasa Je Wo lebih memilih membela Seung dari pada dirinya semakin terbakar emosi.

Je Wo menatap Kyuhyun tidak percaya, “Apa? Demi Tuhan Cho Kyuhyun kau sungguh keterlaluan! Kau tidak perlu memukulnya seperti itu hanya karena foto yang bahkan diambil beberapa tahun yang lalu. Itu hanya kenangan masa lalu antara aku dan_”

“Kenangan? Jika saja pria bajingan ini juga berfikiran seperti itu aku tidak akan melakukan hal ini padanya!” bentak Kyuhyun.

Keadaan ini cukup membuat teman-teman Je Wo merasa terkejut melihat seorang Kyuhyun yang diselimuti rasa emosi. Untuk pertama kalinya pria itu menunjukkan kemarahannya yang begitu besar dihadapan orang yang bahkan dapat mengatakan apa yang terjadi disana pada siapapun esok hari.

Tapi ia tidak perduli, satu-satunya yang sangat ingin ia lakukan hanya menghabisi Seung Ho hingga ia puas.

“Jadi begini kau sebenarnya?” gumam Seung dengan suara serak, bahkan pria itu tampak kesulitan untuk sekedar bersuara. Ia menepis tangan teman-temannya yang menahan tubuhnya agar tidak bergerak. Pria itu berdiri dengan susah payah, berjalan terhuyung-huyung mendekati Je Wo dan Kyuhyun. “Berhadapan denganku saja kau sudah seemosi ini, apa kau juga sering melakukan hal yang sama pada istrimu?”

Je Wo memejamkan kedua matanya frustasi mendengar ucapan Seung Ho yang pasti akan kembali memancing amarah suaminya.

“Apa?” geram Kyuhyun, ia kembali bersiap menerjang Seung Ho namun Je Wo menahan lengannya, “Jangan menahanku!” bentak Kyuhyun.

“Aku tidak ingin kau kembali memukulinya.” Jelas Je Wo.

“Biar saja, Je Wo-ya. Biar semua orang tau siapa pria ini sebenarnya. Terlebih kau, apa kau tidak melihat sikap arogan pria ini? Bagaimana bisa kau bertahan hidup dengannya?”

“Kau tidak perlu tau bagaimana bisa dia bertahan bersamaku, berengsek!”

Seung Ho mendekati Je Wo, menarik lengan wanita itu mendekat padanya. “Pria seperti ini yang kau inginkan? Aku tau bagaimana kau, kau tidak pernah suka dengan perlakuan kasar orang lain padamu. Kau tidak suka saat ada orang lain yang membentakmu, kau tidak suka jika ada yang menahan kebebasanmu. Dan kau sangat tau hingga detik ini aku tidak pernah melakukan hal itu padamu, Je Wo-ya.”

Kali ini tubuh Kyuhyun menegang, mendengar apa yang terlontar dari bibir Seung Ho. Pria itu tau begitu banyak mengenai istrinya. Kyuhyun melirik Je Wo yang masih bungkam, tidak menyanggah apapun yang diucapkan mantan kekasihnya.

“Ho-ya sudahlah, kau tidak boleh mencampuri urusan Je Wo dan suaminya.” Ucap Saera menasehati.

Sung Ho menarik kedua bahu Je Wo, memaksa wanita itu menatap kedua matanya. “Katakan, katakan padaku jika aku salah. Apa semua yang aku katakan tadi adalah salah, Je Wo-ya?”

Kedua tangan Je Wo terkepal, kepalanya terasa berdenyut kuat hingga tubuhnya seakan melemas. Ia ingin menyangkal tapi tidak bisa, semua yang dikatan pria itu benar. Tapi kenapa terasa salah jika ia membenarkan. Belum lagi perasaan kalutnya mereda kini sebelah bahunya terdorong kebelakang. Ia menemukan Kyuhyun disana, pria itu menariknya agar kembali berdiri disisinya.

Kyuhyun menatap keji Seung Ho yang masih tidak ingin melepas pergelangan Je Wo dalam genggamannya, “Lepaskan tanganmu dari istriku.” Desis Kyuhyun dengan nafas memburu.

Nafas Je Wo tercekat, ia menatap Seung Ho memelas agar pria itu melepaskan tangannya atau Kyuhyun akan kembali menerjangnya. Tapi sialnya pria itu melemparkan senyuman sinisnya pada Kyuhyun.

“Tidak, tidak akan pernah.”

“Sialan kau!”

Tangan Kyuhyun melayang diudara, namun Je Wo segera berdiri menghadang dihadapannya. Wanita itu menatap marah pada suaminya hingga tangan Kyuhyun kembali terkulai. “Sudah, aku mohon.” Bisiknya pelan.

“Kenapa? Kenapa kau melarangku untuk menghabisi pria berengsek ini?” desis Kyuhyun.

“Aku tau kau marah, aku mengerti. Tapi dengan kau memukulnya kau sudah keterlaluan.” Ujar Je Wo, ia melirik kebelakang bahunya, menemukan wajah Seung Ho yang hampir tidak berbentuk.

“Kau membelanya?” tanya Kyuhyun tidak percaya. “Setelah semua ucapannya padaku apa kau masih membelanya?”

“Tidak, bukan seperti itu. Aku mengerti kau marah tapi_”

“Apa kau tau karena apa aku melakukan itu padanya, Shin Je Wo?”

Dengusan Seung terdengar dari belakang tubuh Je Wo. “Kau melakukannya karena sikap egoismu.”

“Diam Park Seung Ho!” bentak Je Wo padanya.

“Berhenti menahannya Je Wo-ya, aku tau kau menderita hidup bersama pria seperti dia. Untuk alasan apa lagi kau hidup bersama pria yang sama sekali tidak mengerti dirimu.”

Je Wo menoleh terkesiap pada Seung Ho, menatap pria itu tidak suka. Ingin sekali ia melayangkan tamparannya pada pria itu agar berhenti mengoceh semaunya. Tapi belum lagi hal itu ia lakukan, suara Kyuhyun kembali membuatnya menegang.

“Aku rasa aku sudah terlalu muak mendengar ocehan perhatianmu pada wanita ini.”

Wanita ini, Kyuhyun tidak pernah menyebut Je Wo seperti itu sebelumnya. Je Wo yang mendengarnya semakin merasa resah, ia tau Kyuhyun sangat marah padanya dengan bersikap seolah-olah lebih membela Seung Ho. Dia tidak bermaksud seperti itu, hanya saja wanita ini telah kehilangan akal untuk menghentikan emosi Kyuhyun yang mungkin saja akan lebih memperburuk segalanya.

“Maaf telah menghancurkan acara kalian.”

Je Wo memutar tubuhnya, menatap punggung Kyuhyun yang mulai menjauh darinya. Pria itu menghempaskan pintu dengan kasar hingga ia memejamkan kedua matanya erat. Matanya terasa memanas, rasa malu, kacau dan bersalah menghujam dirinya. Ia tau pria itu kecewa padanya setelah Seung Ho melontarkan kata-kata yang sama sekali tidak benar padanya.

“Je Wo-ya.”

Je Wo membuka kedua matanya ketika merasa seseorang menggenggam pergelangan tangannya. Kedua mata hitamnya menajam, “Lepaskan, Park Seung Ho.” Perintahnya tajam. Tidak ada nada lembut disana. Ia merasakan genggaman Seung Ho mengendur dan mengambil kesempatan menarik kembali tangannya. Je Wo masih memunggungi Seung Ho yang menatapnya cemas.

“Kau bertanya padaku, alasan apa yang aku miliki hingga aku bertahan hidup dengannya,” Je Wo menari nafasnya dalam, “Tidak ada, tidak ada satu alasan apapun kenapa aku bertahan hidup bersama Kyuhyun. Karena aku hanya ingin dia yang berada di sisiku, hanya ingin dia yang menjadi suamiku. Hanya dia yang membuatku bertahan. Walaupun banyak pria yang dapat memberikan kehidupan padaku yang lebih baik dari kehidupanku saat ini, aku akan menolaknya. Bagiku, tidak ada satu pria pun di dunia ini yang dapat membahagiakan aku kecuali Kyuhyun. Tidak kau dan tidak siapapun. Hanya Kyuhyun, hanya dia yang aku inginkan.”

****

Shin Je Wo berjalan cepat mengejar langkah besar Kyuhyun. Sepasang high heels yang terpasang di kedua kakinya membuat wanita itu sulit untuk berlari. Ia ingin sekali memanggil Kyuhyun agar pria itu berhenti berjalan dan menoleh padanya. Sayangnya ia tidak cukup berani mengingat saat ini banyak orang yang mereka lewati.

Kedua matanya melebar saat pria itu memasuki lift, ia semakin mempercepat langkahnya sebelum pintu lift itu tertutup. Bersukurlah ia pada Tuhan karena memberikan tubuh yang cukup kecil untuk menyelinap pada pintu lift yang hampir tertutup rapat.

Wajah Kyuhyun sempat menegang saat Je Wo menyelinap masuk kesana. Pria itu semakin kesal melihat sikap ceroboh Je Wo yang bisa saja membahayakan dirinya sendiri. Namun ia tetap berusaha diam dan tidak memperdulikan keberadaan istrinya.

Je Wo mengontrol nafas terengahnya disana, wajahnya sedikit dikotori oleh keringat. Ia menoleh pada Kyuhyun yang hanya menatap lurus kedepan. Garis-garis wajah tegangnya yang menunjukkan emosi  masih tergambar jelas. Wanita itu menggigit bibir bawahnya, mencoba membuka mulut untuk berbicara pada Kyuhyun.

“Maaf,” Ucapnya pelan. Kyuhyun tidak merespon, Je Wo mendesah gusar dibuatnya. “Aku tau kau marah, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membelanya.”

“Kau membohongiku.” Potong Kyuhyun cepat.

“Apa?”

“Kau menutupi hubunganmu dengannya.” Sambung yang masih menatap lurus kedepan.

Je Wo kembali mendesah gusar, “Oke, aku memang belum mengatakan padamu kalau dia adalah mantan kekasihku karena aku pikir masalah ini tidak akan terjadi. Aku dan dia sudah selesai, bahkan aku tidak pernah berpikir akan kembali bertemu dengannya.”

Kyuhyun menoleh padanya, masih melemparkan tatapan penuh amarah. “Apa kau tau jika hari ini dia juga datang?”

Wajah Je Wo tampak menegang, ia merutuki mulutnya sendiri yang mengoceh tanpa berpikir. Je Wo meneguk ludahnya berat, kalau sudah seperti ini percuma saja ia menjelaskan apapun.

“Kau tau, kan? Kau tau dia akan datang itu sebabnya kau sangat keberatan dengan kehadiranku.”

“Apa? Ya Tuhan Cho Kyuhyun, aku tidak berpikiran seperti itu. Kenapa kau menghubungkan semuanya seenakmu saja?!” teriaknya.

“Oh, apa aku salah? Apa kau lupa bagaimana cemasnya kau saat aku ikut bersamamu? Masih ingin menyangkal, Shin Je Wo?” ujar Kyuhyun penuh penekanan, “Atau perlu aku jelaskan lagi bagaimana wajah berserimu saat kembali bertemu dengannya? Ah… aku juga sangat terkejut melihat kau sangat mencemaskan si berengsek itu saat aku memukulnya.” Cibirnya dengan gigi bergemeratuk.

Shin Je Wo mengerang tertahan, hilang sudah rasa bersalahnya pada pria itu setelah apa yang Kyuhyun katakan. Pria itu dengan mudahnya mengambil kesimpulan jika ia juga menikmati pertemuannya bersama Seung Ho hari ini.

“Kau berpikiran sepicik ini tentangku?” desinya sinis dengan kedua mata tajamnya.

“Kau yang membuat aku berpikiran seperti ini. Terlebih dengan foto kalian yang tampak mesra. Cih, apa semenyenangkan itu berciuman dengannya hingga kau sangat tidak sabar untuk kembali bertemu?”

“Kau_”

TING.

Pintu lift kembali terbuka, beberapa orang mulai masuk kesana hingga mereka tidak lagi dapat saling berbicara. Je Wo meremas ujung bajunya kuat, merasa sakit hati atas apa yang Kyuhyun lontarkan padanya. Wajahnya memerah menahan kesal dan marah, ia tidak lagi ingin menatap ataupun sekedar melirik Kyuhyun.

****

Je Wo benar-benar merasa beberapa jam belakangan ini seperti neraka. Ia tidak dapat bernafas dengan mudah hanya dengan memikirkan pertengkarannya dan Kyuhyun yang kali ini cukup besar setelah beberapa tahun mereka menikah. Ia kembali memejamkan kedua matanya, menyandarkan diri di dinding kursi makan yang sedari tadi menemaninya membisu seorang diri di meja makan.

Sejak kepulangan mereka tadi malam, tidak satupun diantara keduanya berbicara. Kyuhyun bahkan tidak tidur didalam kamar mereka mengingat pagi ini Je Wo tidak menemukannya disana. Mungkin saja pria itu tidur di kamar Hyunje yang kosong karena bocah itu tengah menginap di rumah Neneknya.

Desahan nafas berat Je Wo kembali terdengar, ia menatap tidak bersemangat sepiring omelet yang ia buat beberapa saat yang lalu. Tapi perhatiannya teralihkan pada pintu kamarnya yang menimbulkan suara keras. Ia melihat Kyuhyun keluar dari sana dengan pakaian yang sudah rapi, pria itu berjalan melewatinya tanpa menoleh sedikitpun.

Lagi-lagi Je Wo hanya dapat menahan kekesalannya, entah bagaimana caranya ia harus menjelaskan pada Kyuhyun mengenai Seung Ho.

“Aku tunggu kau di mobil, cepat habiskan sarapan pagimu. Setelah itu akan aku antar kerumah Omma.”

Je Wo tersentak mendengar teriakan Kyuhyun dari arah pintu apartement. Dahinya berkerut memikirkan sesuatu, “Omma? Untuk apa aku kesana?” gumamnya pelan. Seakan tersadar beberapa detik setelahnya ia menepuk dahinya pelan. “Bodoh, aku harus menjemput Hyunje.”

****

BRAKKKK.

Shin Je Wo mengerang tertahan ditempatnya. Ia masih berada dalam mobil Kyuhyun saat pria itu menutup kasar pintu mobilnya. Wanita itu terus mencoba bersabar atas segala sikap kasar Kyuhyun sejak tadi malam. Bahkan pagi ini pria itu tidak menyentuh sedikitpun sarapan yang telah ia buatkan.

“Oh, sudah datang?”

Je Wo tersenyum kecil pada Ibu mertuanya yang menyambut mereka setelah masuk kedalam, ia memberikan pelukan singkat padanya. Ia melirik Kyuhyun yang tampak menggendong Hyunje, tertawa lepas bersama bocah itu. Terbesit rasa iri dalam dirinya melihat Kyuhyun dapat bersikap hangat pada Hyunje sementara pada dirinya Kyuhyun terlihat sangat kasar.

“Bagaimana reunianmu tadi malam, menyenangkan?” tanya Ahra pada Je Wo.

Je Wo tersenyum canggung, “Eum, sepertinya begitu.” Jawabnya sekedar sembari melirik Kyuhyun yang menatapnya tajam.

“Omma!” panggil pria itu, “Aku lapar, bisa siapkan aku sarapan?”

Ahra dan Ibunya mengerutkan dahi mereka aneh menatap Kyuhyun. Tidak biasanya pria itu meminta Ibunya menyiapkan sarapan untuknya. Meskipun terkadang ia memang menikmati sarapan paginya disana saat menyinggahi kediaman kedua orang tuanya, ia tetap meminta Je Wo yang menyiapkannya.

Ahra menghampiri Je Wo yang terlihat menekuk wajahnya kesal. Sedari tadi wanita yang memang teramat suka menyelidiki hubungan adik dan adik iparnya itu memang merasa ada yang aneh dengan keduanya, “Apa terjadi sesuatu?” bisiknya pelan.

Je Wo menatap resah padanya, ia ingin menjawab jujur tapi sepasang mata cemas Ibu mertuanya membuat ia urung untuk menjawab jujur. “Tidak ada apa-apa, moodnya memang sedikit buruk pagi ini. Kau seperti tidak mengerti saja bagaimana tingkah adikmu itu, Eonnie.”

Ahra mengangguk pelan meskipun wajahnya masih menunjukkan ketidak puasan. Setelah itu, Hana beranjak kedapur untuk menyiapkan sarapan pagi yang Kyuhyun minta. Wanita itu dengan cekatan menyiapkan segalanya. Terkadang ia memang merindukan saat-saat dimana ia masih dapat melayani segala keperluan Kyuhyun seperti saat pria itu masih tinggal disana bersamanya.

Hana mengamati Kyuhyun yang menikmati makanannya. Ada seraut wajah aneh yang ia temukan dari wajah Kyuhyun. Sebagai seorang Ibu, ia cukup tau jika anaknya sedang berada dalam masa yang tidak menyenangkan. Ia menghela nafas panjang dan menarik sebuah kursi makan yang terletak disebelah Kyuhyun. “Kenapa tidak makan dirumah? Kau bertengkar dengan istrimu?”

“Tidak apa-apa, aku hanya rindu masakan rumah.” Jawabnya sekedar dan tetap tidak berniat menoleh pada Ibunya. Ia tau tidak akan dapat berbohong jika ia menatap Ibunya saat berbicara.

“Je Wo sudah makan?”

“Hem.”

Hana tersenyum kecil, terlalu jelas baginya jika anak dan menantunya saat ini memang sedang bertengkar. Wanita itu tampak memikirkan sesuatu sebelum tersenyum simpul dan berteriak, “Je Wo-ya!” teriaknya kencang.

Kyuhyun menoleh cepat pada Ibunya, “Omma, untuk apa memanggilnya?” rutuknya.

“Kenapa? Aku tidak boleh memanggil menantuku? Kau bilang tidak ada apa-apa, kenapa terlihat tidak suka ketika Omma memanggil Je Wo?”

Cho Kyuhyun hanya dapat membungkam kedua bibirnya. Moodnya semakin buruk saat Ibunya seakan memancing kembali emosinya. Saat ini satu-satunya orang yang sedang ingin ia jauhi adalah istrinya sendiri. Emosinya selalu tersulut setiap kali melihat Je Wo karena pikirannya akan kembali melayang pada foto mesra istrinya yang sedang berciuman dengan pria lain.

“Ya?” gumam Je Wo ketika menghampiri Ibu dan anak itu yang duduk di meja makan.

Hana melirik Kyuhyun sekilas, pria itu mencoba kembali melahap sarapan paginya dan berpura-pura mengacuhkan Je Wo disana. Hana menggeleng pelan sebelum menatap Je Wo, “Aku ingin kekamar sebentar, kau temani Kyuhyun sarapan.” Ujarnya dan beranjak dari tempatnya. Ia berniat membiarkan kedua orang itu disana agar dapat menyelesaikan masalahnya.

“Tidak usah, aku sudah selesai,” potong Kyuhyun tiba-tiba. Ia meneguk air putih miliknya hingga habis, setelah itu mendekati Ibunya, “Terima kasih sarapan paginya, Omma. Aku pergi.” Kyuhyun mengecup dahi Ibunya singkat sebelum beranjak pergi melewati Je Wo yang masih berdiri kaku. Menganggap seakan-akan wanita itu tidak berada disana.

Je Wo menghembuskan nafas lelah dan melirik Ibu mertuanya takut, ia mencoba tersenyum kecil sebelum berbalik mengikuti kemana Kyuhyun pergi.

Pria itu tampak menghampiri Hyunje yang sedang bercakap-cakap ringan bersama Ahra. Ia menggoda Hyunje beberapa saat sebelum memberikan ciuman kecil pada anaknya dan beranjak pergi.

“Hei!” panggil Ahra yang menghentikan langkah Kyuhyun. Ahra melirik Je Wo yang berdiri tidak jauh dari mereka. “Kau tidak memberikan ciuman selamat pagi pada istrimu?”

Kyuhyun mendengus malas mendengar Ahra menyebut nama Je Wo, “Aku sudah mau terlambat.” Jawabnya singkat dan kembali melanjutkan langkahnya.

Kali ini Ahra melemparkan tatapan penuh tuntutan miliknya pada Je Wo, “Apa kali ini kau masih mau menyangkal, adik ipar?” tanya Ahra.

Je Wo menghela nafas panjang, hanya itu yang dapat ia lakukan untuk menahan kekesalannya. Diacuhkan Kyuhyun sepanjang waktu memang terlalu mengesalkan. Apa lagi pria itu dengan terang-terangan menunjukkan sikap tak sukanya pada Je Wo dihadapan keluarganya. Ia benar-benar merasa tidak di hargai pagi ini.

“Je Wo-ya!” Hana menghampiri Je Wo, menyerahkan sebuah ponsel yang Je Wo ketahui adalah milik suaminya. “Berikan padanya, ini tertinggal di meja makan.”

Je Wo menatap Ibu mertuanya memelas, sudah lelah rasanya menghadapi Kyuhyun dan kali ini ia diminta untuk kembali berinteraksi pada pria yang jelas-jelas tidak menganggap keberadaannya pagi ini.

“Cepatlah, nanti dia sudah terlanjur pergi.” Ujar Hana lagi.

Dengan perasaan berat hati Je Wo melangkahkan kakinya mengejar Kyuhyun. Ia berlari-lari kecil keluar, melihat punggung Kyuhyun yang bersiap-siap masuk kedalam mobilnya.

“Cho Kyuhyun!” panggilnya.

Kyuhyun berhenti sejenak, memutar tubuhnya kebelakang. Wajahnya kembali memasang raut tak suka ketika menemukan Je Wo yang berlari kearahnya, “Apa?” sahutnya saat Je Wo telah berada di hadapannya.

“Ini, ponselmu. Tadi tertinggal di meja makan.” Je Wo menyodorkan ponsel Kyuhyun tanpa menatap wajah suaminya. Ia lebih memilih membuang wajahnya kearah lain.

Ponsel itu diambil Kyuhyun dari tangan Je Wo, tanpa mengucapkan kalimat terima kasih atau semacamnya, ia kembali membuka pintu mobilnya.

“Tunggu.” Cegah Je Wo.

Kyuhyun kembali menoleh enggan padanya. “Apa lagi?”

Je Wo menatap dalam wajah Kyuhyun, kali ini ia tidak akan kembali meminta maaf atau menjelaskan kesalah pahaman yang terjadi di antara mereka, “Aku tau hari ini kau membenciku,” ucapnya tegas meskipun baru saja kalimat itu yang terlontar, matanya terasa memanas. “Bagiku tidak apa-apa jika kau mengacuhkanku sepanjang hari. Tapi setidaknya jangan memperlakukanku seperti itu dihadapan keluargamu.”

Je Wo kembali membuang wajahnya kesamping untuk sekedar menyembunyikan kedua matanya yang mulai berkaca-kaca. “Aku sangat merasa tidak dihargai olehmu, kau menganggapku seakan aku tidak ada disini. Entah apa yang kau pikirkan saat ini terhadapku tapi yang jelas aku tidak ingin membuat keluargamu cemas.”

Ia mengambil nafas panjang untuk sekedar menormalkan tubuhnya yang terasa melemas. Saat ini satu-satunya yang ia butuhkan adalah pelukan pria itu. Ia tau itu tidak mungkin, apa lagi setelah segala sikap yang ditunjukkan Kyuhyun dalam beberapa waktu yang lalu setelah pertengkaran mereka. Tapi satu-satunya cara untuk menenangkan segala kerasahan dan kekacauan dirinya memang hanya pelukan dari pria itu.

Kyuhyun sendiri hanya dapat diam terpaku memandang istrinya. Terlalu jelas baginya wanita itu tengah merasa resah. Ia tau bendungan air mata yang menghiasi wajah istrinya. Jika saja saat ini perasaannya masih sedikit normal mungkin ia sudah segera memeluk Je Wo dan menenangkannya. Hanya saja, ia itu tidak mungkin baginya saat ini.

****

Seperti biasa, tidak ada yang dapat pria itu lakukan dengan baik jika perasaannya sekacau ini. Ia tidak tersenyum, tertawa dan bersikap seperti biasanya. Seluruh waktu luangnya setelah melakukan segala jadwal yang ia miliki hanya ia gunakan untuk duduk diam menyendiri.

Seperti saat ini, disebuah ruangan ganti disalah satu stasiun televisi. Ia dan para member yang lain tengah bersiap-siap melakukan recording untuk penampilan disalah satu acara penghargaan musik. Cho Kyuhyun duduk dengan wajah yang menelungkup diatas meja, tidak menghiraukan tawa dan teriakan yang terdengar disekelilingnya. Pikirannya kacau, terkadang emosi mengingat foto istri dan mantan kekasihnya, terkadang merasa bersalah ketika mengingat wajah Je Wo pagi ini.

Berkali-kali ia memejamkan kedua matanya agar mengusir semua pikiran tak mengenakkan itu. Ia merogoh saku celananya, mengambil ponsel dan menyentuh layar ponselnya hingga terlihatlah wajah Je Wo yang selama ini ia jadikan sebagai wallpaper ponselnya. Rasa rindu sontak mengelanyuti dirinya. Ia ingat jika tadi malam ia sama sekali tidak memeluk Je Wo saat tidur, tidak menatap wanita itu dengan benar pagi ini dan bahkan tidak memberikan ciuman selamat pagi seperti biasanya.

Jujur saja, saat ini ia memang merasa sangat membenci Shin Je Wo. Kejadian malam itu membuat ia merasa benar-benar terpukul. Pertama, kehadiran pria yang baru ia ketahui sebagai mantan kekasih istrinya. Pria yang masih memiliki ketertarikan lebih terhadap Je Wo. Belum lagi ia merasa cemburu dengan foto keduanya yang tengah berciuman, meski itu hanya sebuah foto lama tapi tetap saja membuat dia merasa marah melihatnya. Dan yang lebih membuatnya kesal adalah segala ocehan Park Seung Ho mengenai dirinya. Pria itu seakan menampar Kyuhyun dnegan segala tuduhannya. Segala ucapan Seung Ho membuat ia berpikir, apakah selama ini memang itu yang ia lakukan terhadap Je Wo? Apakah wanita itu juga merasakan hal yang sama?

Diamnya Je Wo malam itu ia anggap sebagai jawaban benar. Ia merasa kalah oleh Seung Ho, terlebih Je Wo sendiri terlihat sangat membelanya.

“Hei!”

Kyuhyun mengangkat wajahnya malas, Lee Sungmin telah duduk disampingnya.

“Kau sakit? Aku perhatikan dari tadi kau hanya diam saja.” Tanya pria itu.

Kyuhyun menggeleng sekedar, kembali menenggelamkan wajahnya disana. Ia memasukkan lagi ponsel itu kedalam sakunya. Saat ini ia sedang tidak ingin berbagi pada siapapun.

****

Tepat pukul 10 malam, Kyuhyun telah menyelesaikan segala jadwalnya. Pria itu masih duduk diam tanpa melakukan apapun didalam mobilnya. Biasanya, ia akan sangat bersemangat jika dapat pulang lebih cepat. Tapi tidak dengan hari ini, ia malah menginginkan jadwal tambahan untuk mengisi waktunya.

“Aku tidak ingin pulang.” Gumamnya pelan.

Bohong jika ia tidak merindukan Je Wo. Sejak tadi pagi ia sudah sangat merindukan istrinya. Tapi meski begitu, ia tidak ingin bertemu dengan wanita itu dulu untuk sekedar menormalkan perasaannya.

****

Jarum panjang itu terus berputar, semakin mempercepat waktu yang ada. Sudah hampir dua jam lebih wanita itu memandangi jam dinding yang berada di ruang televisi. Matanya mulai terasa panas menahan kantuk tapi tak urung membuat ia melelapkan dirinya di bawah selimut tebal ranjangnya.

Suaminya belum pulang dan entah kenapa ia tetap ingin menunggu pria itu. Bahkan segelas  kopi panas yang selama ini tidak pernah ia sentuh telah menemaninya untuk menunggu kepulangan Kyuhyun.

“Omma.”

Je Wo tersentak mendengar suara Hyunje yang entah sejak kapan telah duduk disampingnya. Bocah itu menatapnya dengan mata berat tampak mengantuk.

“Kenapa kau ada disini? Bukankah sudah tidur?” tegur Je Wo.

Hyunje mengangguk, ia merebahkan kepalanya diatas pangkuan Je Wo, “Eum, tapi aku ingin menemani Omma menunggu Appa pulang.” Jawabnya serak. Kedua matanya kembali tertutup meskipun belum tidur sepenuhnya.

Je Wo tersenyum kecut. Hyunje memang selalu memiliki sisi manis saat ia membutuhkan teman. Tangannya merambat naik keatas kepala Hyunje, membelai rambut lebat Hyunje dengan sayang, “Omma rasa malam ini Appa tidak akan pulang.” Gumamnya pelan.

“Kalau begitu tidak usah ditunggu lagi. Omma tidur denganku saja.” Jawabnya pelan setengah tertidur.

Je Wo tertawa pelan. Bocah itu masih bisa menyahut dengan kedua mata yang berat menahan kantuk. “Baiklah, biarkan saja Cho Kyuhyun itu tidak pulang.” Gumamnya. Ia menggendong tubuh Hyunje perlahan dan membawanya masuk kedalam kamarnya dan Kyuhyun. Malam ini, bocah itu yang menemaninya tidur disana.

****

Suasana Dorm mendadak sunyi pagi ini. Bukan karena para penghuni disana yang telah pergi meninggalkan dorm, melainkan karena keberadaan pria yang selama ini sudah tidak pernah lagi berada disana.

Kim Ryeowook segera memberi kabar kesemua member kalau Kyuhyun menginap di dorm malam ini. Sontak semua pria-pria itu bertanya-tanya. Belum lagi mereka memang menemukan mood buruk pria itu sejak semalam.

Eunhyuk menyikut lengan Shindong, menggedikkan dagunya pada Kyuhyun yang sedang mengaduk makanannya tanpa minat. Pria itu berbisik kecil pada Shindong. “Apa dia sedang bertengkar dengan istrinya?”

Shindong menggeleng kecil, “Tidak tau. Tapi menurutku juga begitu. Selama ini dia mana pernah betah berjauhan dengan istrinya.” Balasnya berbisik.

Sungmin yang melihat kedua orang itu dari belakang menggeleng pelan. Ia melangkah cepat mendekati kedua orang itu, menepuk kuat punggung mereka hingga keduanya hampir tersedak. “Lebih baik cepat habiskan sarapan kalian.”

Shindong dan Eunhyuk mendelik tajam pada Sungmin yang tersenyum manis.

“Eunhyuk-ah!!!”

Terdengar suara Donghae menggema dari arah pintu apartement. Pria itu berlari-lari kecil mendekati meja makan, “Pagi semuanya…” sapanya girang.

“Sedang apa kau disini, Hyung?” tegur Ryeowook.

Donghae tersenyum lebar, “Ingin meminjam topi Eunhyuk.” Jawabnya ringan.

Suara desisan malas terdengar dari bibir semua orang kecuali Kyuhyun yang masih berdiam diri.

“Apa kau semiskin ini, Hae? Kenapa setiap hari ada saja yang kau pinjam dariku.” Cibir Eunhyuk.

Donghae merengut dengan bibir mengerucut, “Kita ini kan saudara. Saling berbagi kan tidak apa-apa.” Kilahnya.

“Tapi kalau berbagi setiap hari, bisa-bisa Eunhyuk jatuh miskin kau buat.” Sela Sungmin.

“HAHAHAHA”

Pria itu semakin menekuk wajah kesalnya. Donghae memang sangat sering meminjam segala barang-barang Eunhyuk yang menarik perhatiannya. Tidak jarang Eunhyuk menolaknya tapi seperti biasa, ada saja alasan yang ia katakan agar dapat meminjam apa yang ia inginkan. Dengan perasaan yang masih kesal, ia melirik kesamping dan sedikit terperanjat menemukan keberadaan Kyuhyun disana, “Eo? Kyuhyun-ah, kau disini?” tegurnya.

Kyuhyun mengangkat wajahnya malas sesaat, mengangguk kecil dan kembali menunduk menatapi piring miliknya.

Donghae mengerutkan dahinya, ia melemparkan tatapan penuh tanya kepada yang lain. Sayangnya semua hanya dapat mengangkat bahu tidak mengerti. Pria itu mengangguk kecil, kemudian berinisiatif mendekati Kyuhyun. Ia menarik kursi makan yang tersisa mendekati Kyuhyun.

“Hei, tadi malam kau menginap disini?” tanya Donghae.

Kyuhyun mengangguk kecil.

“Kenapa?”

“Tidak apa-apa.”

Donghae kembali melirik yang lain. Lagi-lagi mereka hanya menggeleng pelan. Pria itu mulai memikirkan sesuatu, menerka-nerka apa yang terjadi pada adiknya.

“Kau diusir oleh Je Wo, ya?” tebaknya.

Semua orang melebarkan mata masing-masing. Tidak menyangka tebakan Donghae sebodoh itu. Sementara yang ditanya hanya menghela nafas malas.

“Hyung, kau sudah gila?” cibir Ryeowook.

“Ah… salah ya. Atau kau bertengkar dengan Je Wo?”

Kali ini semuanya tampak menunggu jawaban Kyuhyun. Sebenarnya mereka semua memang sudah merasa begitu. Apa lagi penyebab pria itu uring-uringan kalau bukan karena istrinya.

“Tidak.” Jawab Kyuhyun singkat namun wajahnya tampak mengeras.

“Eiy… tidak mungkin.” Cibir Donghae.

Sementara yang lain sudah mulai waspada dengan perubahan wajah Kyuhyun. Hanya Donghae yang tampak semakin bersemangat bertanya pada pria itu. Ia bahkan semakin mendekatkan tubuhnya pada Kyuhyun, menopang kepalanya yang menghadap miring kearah Kyuhyun.

“Benar, kan? Kau pasti bertengkar dengan Je Wo. Sudah kuduga.” Ujarnya dengan kekehan kecil.

Eunhyuk menepuk dahinya frustasi, “Sibodoh ini..” erangnya pelan.

“Kali ini masalah apa? Kau ketauan berselingkuh lagi? Ya Tuhan Cho Kyuhyun, jangan sampai itu benar terjadi. Bisa-bisa wanita mengerikan itu benar-benar menggu_”

Bibir Donghae terkatup rapat ketika Kyuhyun menoleh padanya. Pria itu melemparkan tatapan tajam yang menusuk pada Lee Donghae. Moodnya sudah buruk sejak kemarin dan ocehan Lee Donghae semakin memperburuk segalanya.

“Bisa kau tutup mulutmu, Lee Donghae?” ujar Kyuhyun dingin.

Donghae melebarkan kedua matanya Shock. Tidak menyangka jika pria itu sedang berada dalam mood yang tidak baik. Ia berkali-kali meneguk ludah berat. Memancing Kyuhyun berbicara disaat seperti ini sama saja dengan menyerahkan diri pada singa yang kelaparan.

Ryeowook dan Shindong menyikut lengan Eunhyuk agar segera menyelamatkan Lee Donghae sekarang juga.

“Ah! Donghae-ah, kau ingin meminjam topiku, kan?” pekik Eunhyuk, ia segera bangkit dari duduknya dan menarik Donghae yang masih duduk dengan kaku disana. “Ayo, topinya ada di dalam kamar.”

Tanpa menunggu lama Eunhyuk menyeret Donghae dari sana, “Kau benar-benar bodoh, Hae. Sudah tau dia sedang seperti itu kau malah mengatakan hal yang aneh-aneh.” Rutuk Eunhyuk disepanjang jalan.

****

Pagi ini Je Wo semakin tampak kacau. Pria itu tidak pulang dan bahkan tidak memberi kabar. Ia tidak pernah suka merasa cemas pada pria itu karena akan berakibat menyebalkan baginya. Sedari tadi kakinya tidak berhenti berjalan kesana kemari, tangannya masih memegang erat ponsel sembari menimang-nimang sesuatu. Hanya tinggal menekan tombol panggil maka panggilannya akan segera tersambung pada Kyuhyun. Tapi mengingat wanita ini sangat memelihara kata gengsi dalam hidupnya, hati dan kerja otaknya masih bergulat satu sama lain.

Kyuhyun sudah memperlihatkan sikap tak sukanya sejauh ini, itu berarti pria itu memang mengibarkan bendera perang dengannya. Tapi pria itu tidak memberi kabar apapun sejak semalam, hal itu membuat wanita itu hampir mati cemas.

“Ck, pria sialan! Dalam keadaan bertengkar saja dia masih merepotkan aku. Lagi pula untuk apa aku memikirkannya? Dia sendiri yang tidak memberi kabar, kalau terjadi sesuatu itu urusannya.” Rutuknya sembari menghempaskan diri pada sofa ruang televisi.

Hyunje yang sedari tadi mengamati gerak-gerik Je Wo meskipun ia tengah berkutat dengan PSP miliknya hanya mendesah malas. Sudah terlalu biasa baginya mendengar ocehan Je Wo setiap kali terlihat gusar saat bertengkar dengan Kyuhyun. Meskipun kali ini dia tidak tau apa masalahnya, tapi bocah itu tetap tau jika keduanya pasti sama-sama salah. Ya, mengingat kelakukan kedua orang tuanya yang terlalu bodoh jika sudah berurusan dengan emosi.

“Hyunje-ya…”

Bocah itu melirik sekali melalui ekor matanya, rengekan Je Wo cukup membuatnya merinding.

“Menurutmu Cho Kyuhyun itu sudah keterlaluan, kan? Sudah sejak semalam pagi mendiamiku, malam ini tidak pulang dan bahkan tidak memberi kabar,” Jelas Je Wo panjang lebar pada anaknya. Ia menekuk kedua lututnya disana dan duduk miring menghadap Hyunje. “Kalau kau jadi Omma, apa yang akan kau lakukan?”

“Pergi menemui Cho Kyuhyun dan pukul kepalanya dengan sapu.”

Kedua mata Je Wo melebar, bibirnya mendesis pelan mendengar jawaban yang amat sangat bodoh dari anaknya. “Jangankan memukul kepalanya, berbicara dengannya saja aku sudah sangat kesulitan. Appamu yang bodoh itu selalu berusaha menganggap Omma tidak ada. Bukan hanya sapu yang ingin aku pukulkan pada kepalanya, tapi meja makan di dapur kita dan segala sesuatu yang bisa membuat aku puas menghajarnya!”

Hyunje menatapa tidak percaya pada Je Wo, “Omma, kau seperti Ahjuma-Ahjuma yang mengerikan.” Cibirnya. Kepalanya menggeleng pelan sementara wajahnya menunjukkan keprihatinan mendalam yang dibuat-buat.

Je Wo kembali mendesah gusar, pikirannya tak tentu arah. Jika hatinya selalu luluh dan memutuskan agar dirinya lebih dulu menelepon Kyuhyun, otaknya pasti selalu menolak tegas. Harga dirinya terlalu rendah jika harus menyapa pria itu lebih dulu.

“Sebenarnya ada masalah apa antara Omma dan Appa?” tanya Hyunje ingin tau. Seperti bisa, bocah ini akan menanyakan langsung sesuatu yang membuatnya penasaran.

Je Wo menoleh pada Hyunje, menatap ragu bocah itu. Ia berpikir tidak mungkin mengatakannya pada Hyunje. Bocah itu masih terlalu kecil jika harus mendengar kata perselingkuhan, terlebih pokok masalahnya disini adalah foto lama dirinya dan Park Seung Ho yang tengah berciuman. Itu terlalu rumit jika harus di jelaskan pada bocah itu.

“Hanya masalah kecil.” Gumamnya pelan. Ya, masalah kecil yang terlalu dibesarkan oleh pria kekanakan itu.

            Wanita itu memejamkan kedua matanya sesaat. Selama menikah sudah dua kali Kyuhyun menyangka dirinya berselingkuh. Pertama kali karena sebuah foto dirinya dan salah satu teman prianya yang mengikuti wajib militer, tapi masalah itu bisa diselesaikan dengan mudah bahkan tidak separah ini. Kali ini pria itu benar-benar marah padanya, tapi yang membuat Je Wo kesal adalah sikap Kyuhyun yang selalu tidak mau mendengarkan penjelasannya dan lebih memilih mempercayai dugaannya yang selalu saja salah.

“Aku harus memiliki teman bercerita saat ini.”

****

Choi Siwon menyodorkan sekaleng soft drink pada Je Wo. Pria itu masih bertanya-tanya dalam hati kenapa wanita itu menyinggahi rumahnya siang ini. Padahal sudah lama Je Wo jarang menemuinya. Pria itu mengamati wajah Je Wo yang menunduk dan tampak mengamati minuman kalengnya tanpa minat.

“Tumben kemari.” Tegur Siwon membuka percakapan.

Je Wo menoleh padanya, tersenyum kecil dan mengangguk sekedar. Setelah itu kembali mendesah gusar. Entah kenapa wanita ini mengingat nama Choi Siwon ketika merasa semakin kacau dengan masalah yang menimpanya.

“Woah… Ahjussi rumahmu besar sekali!” teriak Hyunje yang entah berada dimana.

Siwon tersenyum kecil mendengarnya. Ia membiarkan Hyunje melakukan apapun disana karena menurutnya Je Wo pasti ingin membicarakan sesuatu yang penting.

“Kau harus bekerja ekstra untuk membersihkan rumahmu setelah kami pulang, Oppa. Bocah itu seperti mesin penghancur jika menemui benda-benda yang berkilau dimatanya.” Terang Je Wo dengan kekehan kecil.

“Tidak apa-apa, aku memang harus siap dengan itu. Ya, sekalian belajar jika nanti aku sudah memiliki anak.” Jawab Siwon dengan kekehan kecil.

“Cih, kekasih saja tidak punya sudah bermimpi memiliki anak.” Cibir Je Wo.

“Hei, kau lupa aku sudah mengangkat seorang anak di Thailand?” balas Siwon bangga.

Keduanya tertawa kecil bersamaan. Sudah lama mereka tidak memiliki saat-saat seperti ini, saling duduk bersama dan membahas masalah-masalah kecil yang berakhir dengan tawa oleh keduanya. Jika dipikir-pikir, Je Wo memang seperti membentengi dirinya setelah benar-benar menikah dengan Kyuhyun. Ia tau seperti apa sikap pria itu jika sudah berhadapan dengan pria-pira yang berada disekitar dirinya. Hanya saudara-saudaranya saja yang bebas mendekati Je Wo, tapi Kyuhyun tetap memberikan ultimatum ekstra pada Choi Siwon, mengingat kedekatan kedua orang itu yang dulu memang teramat dekat.

“Apa ada masalah?”

Teguran Siwon menyadarkan Je Wo dari lamunannya, ia menatap lama Siwon sebelum tersenyum kecil, meneguk minuman yang sedari tadi belum tersentuh. “Kau selalu tau, ya?”

“Apa lagi yang membawamu kemari kalau bukan karena kau sedang ada masalah?” cibir Siwon.

Je Wo merengut kesal, “Jadi kau tidak suka kalau aku main kesini?” sungutnya.

“Hahaha, tidak. Sensitif sekali. Sudah, katakan ada apa. Ah, biar aku tebak.” Siwon memicingkan kedua matanya menatap Je Wo. “Kau bertengkar dengan Kyuhyun, kan?”

Je Wo mengangguk persis seperti anak kecil.

“Cih, sudah kuduga. Kali ini masalah apa lagi?”

“Park Seung Ho.”

“Park Seung Ho?” alis Siwon bertaut, “Siapa itu?”

“Mantan kekasihku.”

Kedua mata Siwon membulat, cukup terperangah mendengar jawaban Je Wo. “Kau berselingkuh?” tanya pria itu pelan. Tapi wajah kesal Je Wo membuat ia menyunggingkan senyuman kaku. “Aku hanya menebak. Coba jelaskan dari awal, aku masih belum mengerti.”

Je Wo menarik nafas panjang sebelum memulai ceritanya.

“Kemarin malam aku dan Kyuhyun pergi menghadari acara reunianku bersama keenam teman kuliahku dulu. Dari awal aku sudah melarangnya ikut karena takut jika teman-temanku memberitaukan tentang pernikahan kami pada orang lain. Tapi pria itu tetap ingin ikut dan aku tidak bisa menolaknya.”

Siwon mengangguk-angguk kecil sembari meneguk minumannya.

“Tapi ternyata teman-temanku dan dia cepat akrab dan semuanya berjalan dengan lancar. Tapi, kehadiaran Park Seong yang mungkin masih menyukaiku membuat keadaan jadi kacau.”

“Mungkin masih menyukaimu?” ulang Siwon.

Je Wo mengangguk, “Dia selalu mendekatiku, menanyai ini itu tentang aku dan Kyuhyun. Awalnya kupikir hanya aku yang mengira seperti itu, tapi ternyata Kyuhyun juga menyadarinya,” Je Wo mangambil nafa sejenak, “Seung Ho selalu menatapku aneh dan Kyuhyun tidak menyukai itu. Awalnya tidak terjadi apa-apa karena Kyuhyun masih bersabar tapi…”

“Ketika temanku memutar video kenangan kami di masa kampus dulu, dia lupa menghapus satu gambar yang benar-benar menjadi masalah. Dia bahkan memukuli Seung Ho seperti orang gila.”

Siwon melipat kedua tangannya di depan dada, menggeser letak duduknya lebih medekat pada Je Wo, “Gambar apa?” selidiknya.

“Gambar saat aku dan Seong Ho berciuman di perkemahan.” Jawabnya ringan.

“APA?!” pekik Siwon kuat hingga Je Wo memundurkan wajahnya terkejut.

“Oppa kau mengagetkanku!” sungur Je Wo.

Siwon masih tampak shock. Otaknya mulai bekerja mencermati semua cerita yang di lontarkan Je Wo. Terkadang menggeleng-geleng kecil dan terkadang mengangguk-angguk mantap.

“Oppa, kau sedang memikirkan apa?”

“Masalahmu.”

“Eung?”

Siwon berdehem pelan dan memperbaiki letak duduknya. “Apa kaau sudah pernah mengatakan pada Kyuhyun kalau pria itu mantan kekasihmu?”

“Belum.”

“Kenapa?”

“Bagaimana mau mengatakannya kalau dia tidak mau mendengarkan penjelasanku.”

“Ya, itu memang Kyuhyun sekali.” Gumam Siwon. Pria itu sudah pernah mengalami hal yang serupa seperti masalah ini. Kyuhyun memang tidak akan mau mendengar penjelasan apapun dari orang lain kalau sudah terbakar cemburu. Ia lebih mempercayai segala dugaannya tanpa berpikir untuk mencari tau.

Je Wo menyandarkan kepalanya gusar pada bahu Siwon. Ia memejamkan matanya sesaat untuk sekedar menghilangkan rasa penat yang bertumpu pada pundaknya.

Siwon menundukkan wajahnya, mengamati wajah Je Wo yang memang tampak lusuh. Ia tersenyum kecil, Je Wo memang selalu tampak kacau jika tengah menghadapi masalah rumit dengan Kyuhyun. Dia kembali teringat kejadian beberapa tahun yang lalu, wanita itu memang selalu mengluh pada dirinya saat itu.

“Lelah sekali seperti ini, Oppa. Dia tidak mau bicara padaku, tidak menatapku, bahkan tadi malam tidak pulang kerumah dan tidak memberi kabar.” Gumamnya dengan mata yang masih terpejam.

Siwon menatap lirih wanita itu. Ia tau bagaimana perasaan Je Wo saat ini, “Jangan cemas, dia pasti menginap di dorm.” Ujarnya menenangkan.

“Eum, sepertinya begitu. Tapi, sampai kapan kami akan seperti ini?” Je Wo membuka kedua matanya, menatap lurus kedepan. Ya, kalau dipikir-pikir entah sampai kapan masalah ini selesai mengingat Kyuhyun yang tidak mau bicara apa lagi mendengarkan penjelasannya.

“Nanti aku coba menghubungi Sungmin Hyung  menanyakan dimana keberadaan Kyuhyun. Aku juga akan meminta bantuannya untuk membujuk Kyuhyun pulang kerumah. Saat ini aku belum bisa menemui Kyuhyun dan yang lainnya kalau tidak ada jadwal Super Junior yang harus perform bersama-sama. Masih banyak jadwal pribadi yang harus kami selesaikan masing-masing. Kau bersabarlah, aku yakin semua akan baik-baik saja,” Siwon merangkul pinggang Je Wo, tangannya mengusap lembut kepala wanita itu yang masih betah menyandar di bahunya. “Kalian pernah melewati masalah yang lebih rumit dari pada masalah ini. Jadi kau harus meyakinkan dirimu kalau masalah ini juga akan selesai dan berakhir dengan indah seperti masalah-masalah sebelumnya.”

Je Wo tersenyum kecil, ia mengangguk pelan meskipun sudut-sudut matanya tampak mengeluarkan air mata. Rasanya begitu nyaman dapat berkeluh kesah dengan pria itu. Pria yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri. Dari dulu hingga sekarang, memang hanya Choi Siwon yang bisa menenangkan dirinya dan membawanya berpikiran positif.

“Wah, Appa bisa mengamuk kalau tau ada pemandangan seperti ini.”

Siwon dan Je Wo seketika memisahkan diri masing-masing saat mendengar gumaman Hyunje.

Bocah itu tersenyum penuh arti pada Je Wo, “Omma, kau tidak jatuh cinta pada Siwon Ahjussi, kan?” cibirnya.

“Diam kau!”

****

“Ya, aku mengerti. Hem, akan kubicarakan padanya. Kau tenang saja, akan kuusahakan. Ya, baiklah. Annyeong…” Sungmin mengakhiri panggilannya. Menatap lama layar ponselnya sebelum mendesah gusar, “Selalu seperti ini, entah kapan bocah itu bisa bersikap dewasa.” Gumamnya sembari melangkah memasuki kamarnya.

Saat ini sudah pukul 2 pagi, Sungmin dan Ryeowook baru saja sampai di drom setelah menyelesaikan siaran sukira. Baru saja pria itu melangkah memasuki kamarnya dan menghidupkan lampu, ia sudah dikejutkan dengan keberadaan Kyuhyun yang duduk dilantai sembari menyandar pada ranjangnya. Tangannya memegang sebuah gelas, Sungmin melirik sebuah botol yang terletak di atas lantai. Pria itu hanya menggeleng pelan, “Sudah hampir pagi, kenapa masih belum tidur? Dan kenapa mematikan lampu kamar? Aku tidak tau kau bisa minum wine dalam keadaan gelap seperti tadi.” Ujar Sungmin.

Kyuhyun hanya menggumam kecil, ia kembali meneguk wine yang berada dalam gelasnya hingga habis. Kemudian kembali menuangnya kembali. Hal itu sudah ia lakukan berulang-ulang sejak dua jam yang lalu. Pria itu tidak bisa tidur, ada saja yang mengganggu dalam benaknya. Salah satunya rasa rindu yang sudah tidak tertahan pada Je Wo. Ia ingin pulang tapi masih berat untuk melakukannya, sikap keras kepalanya masih belum memudar.

Sungmin melepaskan sweater hangatnya, meletakkan barang-barang bawaannya ketempat-tempat yang seharusnya terlebih dahulu. Setelah itu mendekati Kyuhyun, duduk berhadap-hadapan dengan pria itu, “Ingin kutemani minum?” tawarnya.

Kyuhyun mengangkat wajahnya, menatap Sungmin yang tersenyum lembut padanya. “Tidak usah, Hyung. Sebentar lagi aku akan tidur, lagi pula… sudah tidak ada lagi wine yang tersisa.”

Sungmin mengangguk mengerti. Ia membiarkan Kyuhyun kembali larut dengan pikirannya sembari mencari-cari cara agar bisa mendengarkan keluh kesah pria itu. Kyuhyun memang belum mau bercerita dengan siapapun. Sungmin saja baru tau masalah apa yang terjadi pada Kyuhyun dan Je Wo melalui Siwon yang tadi meneleponnya.

“Sudah dua malam kau menginap disini. Apa sudah memberi kabar pada Je Wo?” pancing Sungmin.

Kyuhyun menggeleng pelan, terlalu malas membuka mulutnya untuk menjawab.

“Kenapa?”

“Aku rasa dia sudah tau aku menginap disini.” Jawabnya sekedar.

“Wah, bagaimana kalau dia tidak berpikir begitu. Mengingat kadar kecemasan wanita itu padamu, sudah sekacau apa dia saat ini?” Sungmin sengaja menggumam ironis agar memancing kecemasan Kyuhyun.

Dan memang benar, Kyuhyun segera menatap Sungmin. Garis-garis kecemasan mulai tampak dalam wajahnya. Memang sudah dua hari ini dia tidak memberi kabar pada keluarganya. Desahan gusar kembali terdengar dari bibir Kyuhyun. Ia melirik keatas ranjang, disana ponselnya tergeletak indah. Je Wo memang tidak pernah menelepon atau menanyakan kabar setelah percakapan mereka saat dirumah keluargnya.

“Kyu…” panggil Sungmin. “Sebesar apapun masalah yang kalian hadapi, kau tidak boleh mengacuhkannya seperti ini. Dia itu istrimu dan disana juga ada Hyunje yang pasti bertanya-tanya kenapa Ayahnya tidak pernah pulang.”

Seperti biasa, pria itu akan menunduk dalam ketika Lee Sungmin menasehatinya. Memang hanya omongan Sungmin yang dapat ia dengarkan tanpa bantahan. Meskipun terkadang ia menuruti ucapan Leeteuk tapi ia tidak pernah bersikap sepenurut itu pada siapapun kecuali Lee Sungmin.

“Kau dan Je Wo itu sama-sama keras kepala. Jika sudah bertengkar tidak ada yang mau mengalah. Tapi dengan tidak pulang dan tidak memberi kabar, itu sudah sangat salah. Mungkin kau masih ingin menengangkan diri atau masih kesal pada istrimu, tapi setidaknya kau harus tau keadaan keluargamu. Kalau seperti ini sama saja kau menelantarkan mereka.”

“Tapi aku masih belum ingin bertemu dengannya.” Bantah Kyuhyun.

“Kalau dia ternyata sedang sakit kau masih tetap tidak ingin menemuinya?”

“Sakit?” pekik Kyuhyun, “Yah, dari mana kau tau dia sedang sakit?” selidik Kyuhyun. Kepalanya yang memang sudah sedari tadi pusing karena wine semakin terasa berdenyut ketika mendengar Je Wo sakit.

“Ah, itu hanya dugaanku saja.” Gumam Sungmin tersenyum lebar. Dalam hati dia tertawa puas melihat raut wajah cemas Kyuhyun. Sudah jelas sangat merindukan istrinya, masih saja keras kepala.

****

Shin Je Wo berdiri termangu memandangi omelet yang berada diatas wajan. Tatapan matanya kosong, lagi-lagi malam ini Kyuhyun tidak pulang dan tidak memberi kabar. Pikirannya berkecamuk entah kemana hingga tidak menyadari omelet yang mulai berubah warna menjadi kehitaman. Kalau saja ia tidak mengirup aroma gosong dari omelet itu mungkin saja ia akan membiarkan dapurnya terbakar.

“Oh, gosong?” pekiknya tersadar.

Wanita itu melirik sekelilingnya bingung. Sakin bingungnya ia menyentuhkan kedua tangannya pada wajan panas itu. “Akh, panas!” teriaknya mengaduh. Digoyang-goyangkannya kedua telapak tangannya  keduara untuk menghilangkan rasa panas.

“Sialan!” makinya sembari mematikan kompor. Mulutnya menghembus jemari-jemarinya yang tampak memerah. Ia berniat meninggalkan dapur tapi ketika berbalik, tubuhnya terperanjat mendapati Kyuhyun telah berdiri disana dengan pandangan sayu.

Ini pertama kalinya mereka saling berpandangan sejak 2 hari tidak pernah bertemu ataupun saling mendengarkan suara satu sama lain. Je Wo bahkan tidak merasakan lagi panas di kedua jemarinya. Matanya sibuk memuaskan diri memandangi wajah Kyuhyun. Begitu juga dengan pria yang memang sudah sejak tadi mengamati Je Wo yang berdiri mematung didepan kompor. Bahkan ketika wanita itu memekik kesakitan, kedua kakinya hampir saja melangkah cepat mendekati wanita itu. Tapi lagi-lagi otaknya memerintah tidak dan lebih membiarkan Kyuhyun mengamati gerak-gerik istrinya dari sana.

Ada perasaan sejuk yang mengalir dalam tubuh keduanya. Hanya dengan saling bertatapan sudah seperti pecandu yang kembali mendapatkan ekstasinya. Entah sudah berapa lama mereka menghabiskan waktu hanya dengan saling bertatapan satu sama lain. Menemukan wajah lusuh dari masing-masing objek pandang mereka membuat keduanya berteriak kesal dalam hati. Terlalu jelas bagi mereka jika keduanya tidak baik-baik saja.

Kyuhyun yang tersadar lebih awal tampak salah tingkah mendapati dirinya yang tidak berhenti menatapi wajah Je Wo. Hingga akhirnya ia memilih memutar dirinya dan beranjak dari sana. Melangkah cepat memasuki kamarnya.

Je Wo kembali tersadar saat Kyuhyun sudah tidak ada lagi dalam jarak pandangnya, “Dia… pulang?” gumamnya tidak percaya. Senyuman kecil terukir di bibirnya, ia kembali berbalik dan menyiapkan sarapan pagi yang tertunda.

Tangannya bergerak cepat menyiapkan sarapan pagi untuk keluarganya. Semangatnya bertambah berkali-kali lipat menemukan kebaradaan Kyuhyun dirumah. Pria itu pulang dan mungkin saja ia bisa menyelesaikan masalah mereka beberapa hari ini.

Setelah menyiapkan meja makan dan meletakkan makanan yang telah ia masak seadanya. Wanita itu berniat memanggil Kyuhyun di kamar mereka. Tapi belum lagi ia menyentuh gagang pintu kamar, pria itu telah keluar dari sana dengan pakaian rapi dan segala bawaannya.

Kyuhyun cukup terkejut meemukan Je Wo berdiri disana, tapi setelah itu kembali bersikap dingin pada istrinya. Ia melewati Je Wo begitu saja meski wanita itu menatap tak mengerti padanya.

“Tidak sarapan?” tegur Je Wo pelan.

Ia mengikuti kemana langkah Kyuhyun. Pria itu berhenti sejenak dan berbalik menatap Je Wo, “Tidak. Aku hanya mampir untuk mengambil beberapa barang. Beberapa hari kedepan aku akan sangat sibuk dan tidak akan pulang. Untuk sementara aku akan tinggal di dorm bersama yang lainnya.” Jelasnya datar.

Seketika emosi Je Wo tersulut. Kedua tangannya terkepal disisi-sisis tubuhnya. Lenyap sudah semangatnya untuk menikmati sarapan pagi bersama suaminya. Kini semangat itu sudah digantikan emosi yang tertanam pada dirinya akhir-akhir ini.

Je Wo menyunggingkan senyum dinginnya, “Oh, begitu? Tapi kenapa hanya beberapa barang saja yang kau bawa? Kenapa tidak sekalian semua barang-barangmu kau angkut dan kembali kau tempatkan didalam dorm?” ujarnya menantang.

“Apa maksudmu?” geram Kyuhyun.

“Apa? Kau masih tidak mengerti, Cho Kyuhyun?” Je Wo melipat kedua tangannya di depan dada, menatap angkuh suaminya. “Dari pada kau repot-repot kembali kesini hanya untuk mengambil barang-barangmu, jadi aku memberi saran agar kau membawa semua barang-barangmu kesana dan tidak menyisakan satu barangpun disini.”

“Cih, kau sudah terang-terangkan mengusirku?”

“Menurutmu?”

Keduanya saling bertatapan sengit, kali ini tidak ada satupun yang ingin mengalah terutama Je Wo. Kalau mau bertengkar maka dia akan bertengkar hingga akhir tanpa harus menahan semua kekesalannya.

“Sepertinya kau sangat menikmati dua hari belakangan ini tanpa gangguanku. Apa selama ini kau sangat senang terbebas dariku, hem? Atau jangan-jangan selama dua hari ini, kau kembali bertemu dengannya?”

Je Wo tersenyum remeh. Sudah terlalu terbiasa dengan sikap Kyuhyun yang menyangkut pautkan segalanya, “Memangnya kenapa? Apa menurutmu kau masih bisa melarangku untuk bertemu dengan siapapun?” cibirnya dan mendengus kasar. “Seingatku kita sudah tidak peduli satu sama lain dan aku rasa sebaiknya kita_”

“Apa? Bercerai?” sela Kyuhyun cepat, sudah tau tau apa yang istrinya pikirkan. “Apa hanya itu yang bisa kau lakukan setiap kali kita bertengkar, Shin Je Wo?”

Rahang Je Wo tampak mengeras. Biasanya Kyuhyun memang selalu luluh jika sudah menyangkut hal-hal seperti itu. Tapi sepertinya kali ini dia memang sudah tidak peduli akan apapun.

“Ya, memang hanya itu yang bisa kulakukan setiap kali aku lelah menghadapimu.” Gumamnya pelan. “Kalau memang sudah tidak bisa diperbaiki, kenapa tidak? Itu jalan yang paling mudah, kan?” kali ini suara itu terdengar parau.

Keduanya sama-sama terdiam. Tidak menyangka jika keduanya akan separah ini terbawa emosi. Tidak ada satupun diantara mereka yang benar-benar ingin mengucapkan kata itu. Kyuhyun bahkan berkali-kali merutuki mulutnya yang sudah lebih dulu menyebut kata cerai.

“Kalau kau memang sudah tidak mempercayaiku, untuk apa lagi aku masih bersamamu.”

“Aku selalu mempercayaimu. Ya, sebelum kau membohongiku.” Ujar Kyuhyun tegas.

Je Wo menatap tajam Kyuhyun, pria itu masih tetap pada pendiriannya yang menyalahkan Je Wo. “Membohongimu? Jadi kau masih mengira aku membohongimu. Oh, bagus sekali, Cho Kyuhyun. Terus saja menyalahkanku seperti ini. Aku benar-benar sudah muak dengan segala keegoisanmu.” Umpatnya, “Bukan salahku yang membuatmu berpikir aku telah melakukan segala kesalahan ini. Kau sendiri yang tidak mau mendengar penjelasanku.”

“Untuk apa mendengarkannya lagi kalau semuanya sudah terlalu jelas dimataku?”

“Ya, benar. Semua sudah terlalu jelas.” Balas Je Wo tajam. “Jadi sekarang kau bisa segera pergi dari sini.”

****

“Sampai seperti itu?” tanya Kim Hana dengan raut wajah cemasnya. Setelah mendengar segala keluh kesah menantunya, wanita itu mulai menampakkan kecemasannya. Awalnya dia mengira hanya masalah kecil yang terjadi pada anak dan menantunya, tapi setelah mendengar penjelasan Je Wo secara menyeluruh, ia menjadi lebih cemas.

“Heish, masalah seperti itu saja sampai sebesar ini. Si bodoh itu sampai kapan mau seperti itu terus menerus?” omel Ahra, “Masalah ini bisa di selesaikan dengan mudah. Kau juga belum menjelaskan apapun padanya tapi dia sudah menduga hal yang tidak-tidak seperti ini, benar-benar cari mati bocah itu.” Sambungnya.

Je Wo mendesah lirih, ada rasa tidak enak dalam dirinya karena sudah menceritakan masalah rumah tangganya pada keluarga Kyuhyun. Sebenarnya ia tidak enak melakukan hal ini tapi otaknya bnar-benar sudah tidak dapat menampung rasa sakit akibat memikirkan pria itu dan dia sudah tidak bisa lagi berdiam diri.

“Tapi, kau juga tidak boleh sampai mengatakan kata-kata seperti itu. Perceraian itu bukan kata-kata yang bisa diucapkan sesuka hati, sayang. Bagaimana kalau saat itu kalian yang terbawa emosi mengiyakannya?”

Je Wo tertunduk malu mendapati nasehat seperti itu dari Ibu mertuanya. Sebenarnya dia juga tidak ingin mengatakan hal seperti itu tapi Kyuhyun terus memancingnya.

“Iya, kalian itu sama bodohnya. Sama-sama bodoh, idiot, keras kepala. Oh ya Tuhan, bagaimana bisa kau menjodohkan kedua orang ini?” geram Ahra.

“Perceraian itu apa, Halmeoni?” tanya Hyunje polos. Bocah itu sedari tadi mengerutkan dahi bingung saat ketiga orang dewasa itu berbicara.

Je Wo, Ahra dan Hana meneguk ludah berat seketika. Mereka melupakan keberadaan Hyunje disana hingga tanpa sadar sudah membuat bocah itu memiliki satu pertanyaan yang tidak mungkin untuk mereka jawab.

“Bukan apa-apa,” jawab Hana dengan seulas senyum. “Kau belum makan, kan? Ayo, Halmeoni buatkan makanan.” Ajak Hana mengalihkan perhatian.

Hyunje masih belum bergeming, ia menatapi ketiga orang itu secara bergantian, “Appa dan Omma tadi bertengkar. Lalu mengucapkan kata cerai, apa itu berarti mereka akan berpisah?” tanya bocah itu. Mimik wajahnya mendadak tampak dingin dan tidak berekspresi.

Ya Tuhan, kenapa semakin lama tingkah bocah ini semakin mirip dengan Kyuhyun. Kali ini ekspresi wajahnya sama persis dengan Kyuhyun kalau sedang marah. Je Wo menyunggingkan senyuman tipis, “Tidak, mana mungkin kami berpisah. Tadi Appa hanya sedikit membuat Omma kesal. Bukankah sudah biasa kalau kami seperti itu?” kilah Je Wo.

“Tapi sudah dua malam Appa tidak pulang.”

“Appamu sedang sibuk, jadi harus tinggal bersama Sungmin Ahjussi dulu.” Sela Ahra.

“Benarkah? Lalu_”

“Yah Cho Hyunje, aku punya banyak persediaan susu Strawberry di dalam kulkas. Kau mau?” tawar Ahra, dalam hati ia berharap bocah itu termakan rayuannya.

Wajah Hyunje masih tetap tidak berekpresi tapi setelah beberapa saat perlahan senyuman kecilnya terukir, “Mau, untukku semua.” Bocah itu melompat cepat sembari menarik pergelangan tangan neneknya. “Halmeoni ayo kedapur, aku harus menyelamatkan susu itu.”

“Yah jangan kau habiskan semua, bocah tengil!!” teriak Ahra.

Je Wo akhirnya dapat bernafas lega, ia sudah sempat cemas jika Hyunje tetap memaksa.

“Hari ini kau habiskan saja waktu disini bersama Omma dan Hyunje. Aku keluar sebentar, ada yang harus kulakukan. Dan kau jangan pernah memberitau Appa tentang masalah ini. Aku yakin suamimu akan diseret paksa dari tempatnya kalau dia tau.” Ujar Ahra sembari beranjak dari tempatnya.

“Eo, Eonnie kau mau kemana? Aku boleh ikut, tidak? Aku benar-benar bosan berada dirumah terus.” Rengek Je Wo merayu.

Ahra menunduk kecil melirik Je Wo yang masih duduk ditempatnya, “Nyonya Cho, pertama! Aku tidak suka membawa kau ikut bepergian denganku karena kau sangat cerewet melebihi Kyuhyun. Kedua, aku akan melakukan tindakan kriminal hari ini dan aku rasa kau tidak ingin terseret olehku.” Jelasnya tegas.

“A-apa? Tindakan kriminal? Kau sudah gila, Eonnie?”

“Aku anggap itu pujian,” jawabnya ringan dan bergegas pergi. “Kau duduk manis saja dirumah, Shin Je Wo!” teriaknya sebelum menghilang dari sana.

****

“Kau menginap di dorm lagi?” tanya Eunhyuk pada Kyuhyun.

Kedua orang itu sama-sama kembali ke dorm pukul 11 malam. Eunhyuk tidak sengaja bertemu dengan Kyuhyun di depan pintu lift.

“Hem.” Gumam Kyuhyun pelan.

“Hei, Je Wo sudah tau?”

Kyuhyun melirik tajam padanya. “Memangnya kenapa? Sepertinya kau perhatian sekali dengannya.”

“A-apa?” gugup Eunhyuk, “Yah, kau ini kenapa? Aku hanya bertanya karena malam ini kau kembali menginap di dorm.” Jelasnya.

“Bukan urusanmu.” Jawab Kyuhyun ketus dan melenggang keluar dari lift ketika pintu lift terbuka.

Eunhyuk hanya dapat mendesah kesal diperlakukan oleh Kyuhyun seperti itu. Tidak ingin mencari masalah, ia sengaja berjalan dibelakang Kyuhyun dan membiarkan pria itu sampai lebih dulu. Setelah keduanya sampai kedalam dorm, Eunhyuk menemukan wajah pucat Shindong dan Donghae yang entah kapan sudah berada disana.

“Hae? Kau disini?” tegur Eunhyuk.

Donghae mengangguk kecil, ekor matanya melirik Kyuhyun yang berjalan ringan memasuki kamarnya, “Oh, sebentar lagi.” Gumamnya tercekat.

Eunhyuk menatap aneh pada kedua pria itu, “Sebentar lagi apa?” tanya Eunhyuk bingung.

“AKH!!!!”

Terdengar suara teriakan dari dalam kamar Kyuhyun.

“Nah, benarkan?” gumam Donghae.

“Akh, kalau saja ponsel kita tidak ditahannya pasti kita bisa mengamankan Kyuhyun.” Sambung Shindong yang semakin menambah kebingungan Eunhyuk.

“Hei, kalian ini bicara apa? Siapa yang menahan pon_”

“Yah Noona hentikan!!! Tanganku sakit!!!”

Kedua mata Eunhyuk membulat, “Noona?” selidiknya pada Donghae dan Shindong yang mengangguk, “Cho Ahra?” ulangnya.

“Eum, sudah sejak siang dia berada disini menunggu Kyuhyun. Awalnya dia bertanya pada kami dimana keberadaan Kyuhyun karena ingin menghajar bocah itu. Tentu saja kami tidak memberitaunya.” Jelas Donghae,

“Lalu?”

“Lalu dia bilang akan menunggu Kyuhyun hingga pulang. Kami pikir dia hanya main-main, tapi saat aku pulang ternyata dia masih disini. Sebenarnya aku ingin menelepon Kyuhyun untuk melarangnya kesini, tapi Ahra menyita ponselku.” Sambung Shindong dengan raut wajah kesal.

“Aku saja yang baru datang kesini dan tidak tau apa-apa juga diperlakukan hal yang sama dengannya,” Sungut Donghae. “Gadis itu sangat mengerikan.”

Eunhyuk menelan ludah beratnya. Ia mulai memikirkan nasib Kyuhyun yang malang di dalam sana bersama kakaknya, “Hei, ayo kita intip mereka. Siapa tau saja Kyuhyun sudah tidak berbentuk lagi di dalam sana.” Ajak Eunhyuk.

****

Gelap. Pria itu mendesah malas menemukan kamarnya dalam keadaan gelap. Tangannya mulai meraba dinding untuk mencari saklar lampu dan TUP, lampu telah hidup.

BUG!

“AKH!!!!”

Pria itu menjerit sakit merasakan sesuatu melayang keras tepat keatas kepalanya. Ia menemukan sebuah buku yang kemungkinan memiliki tebal sebanyak 500 halaman tergeletak indah diatas lantai. Ya, buku setebal itulah yang mendarat diatas kepalanya. Dengan perasaan kesal Kyuhyun berbalik dan menemukan Cho Ahra berdiri angkuh menyandar pada dinding kamarnya.

“Eo? Noona kau_”

Ahra melangkah cepat mendekati Kyuhyun, meninju perut berisi adiknya sebelum memelintir kedua tangan Kyuhyun dibelakang tubuhnya hingga pria itu tidak dapat bergerak. Dalam balutan keanggunan gadis itu memang tersimpan iblis yang mengerikan jika ia berniat membuka kandang iblisnya.

“Yah Noona hentikan!!! Tanganku sakit!!!” teriak Kyuhyun mengaduh.

Ahra tersenyum kecil dibalik punggung Kyuhyu, “Melepaskanmu? Enak saja kau! Aku sudah menunggu saat-saat seperti ini dari beberapa jam yang lalu.” Ujarnya beringas, “Cho Kyuhyun, kau sudah membuat adik ipar kesayanganku menderita dan kali ini kau harus menanggung semuanya.” Desisnya tajam.

Sekali lagi, Ahra memutar tangan Kyuhyun dan mengakibatkan pria itu menjerit kesakitan.

“Akhh!! Yah yah yah, tanganku bisa patah, bodoh! Lepaskan!” teriak Kyuhyun lagi.

“Tidak akan sebelum kau mengaku salah.”

“Ini sakit sekali, bodoh! Argghh baiklah-baiklah aku mengaku salah! Cepat lepaskan aku!”

“Benar kau mengaku salah?” selidik Ahra tanpa melonggarkan penyiksaannya.

“Menurutmu?!” bentak Kyuhyun. “Akh!! Sakit, sakit!!!”

“Gunakan bahasa yang lebih sopan atau aku benar-benar akan mematahkan kedua tangamu.” Ancam Ahra sadis.

“Y-ya, aku benar-benar mengaku salah, Noona. Sekarang lepaskan aku, jebal…” teriak Kyuhyun setengan merengek.

Ahra terkekeh pelan sebelum melepaskan kedua tangan Kyuhyun. Ia mengibaskan rambutnya sejenak sebelum berjalan kehadapan Kyuhyun yang mengaduh dengan kedua tangan yang memerah.

“Kau sadis sekali. Sialan, tanganku sangat sakit.” Umpat Kyuhyun.

Ahra kembali terkekeh pelan, “Itu masalahmu,” jawabnya ringan dan beranjak keluar, “Ikut aku.” Perintahnya.

Ketika Ahra membuka pintu, ia dikejutkan dengan tiga pria yang berdiri dengan tubuh setengah membungkuk seperti sedang mengintip. Bukan seperti, tapi memang sedang mengintip. “Eh? Sedang apa kalian disini?”

Ketiganya tertawa renyah bersamaan.

“Eung… ponselku apa sudah bisa dikembalikan?” tanya Donghae kaku.

“Iya, aku harus segera pergi untuk siaran, Ahra-ya. Bisa kau pulangkan sekarang?” sambung Donghae.

“Oh, ponsel? Sebentar,” Ahra merogoh isi tasnya dan mengeluarkan dua buah ponsel, “Ini, terima kasih atas kerja sama kalian. Tapi tadi seharusnya kalian tidak usah mengintip. Masuk saja dan menyaksikannya langsung.” Ujarnya dengan senyuman manis dan kembali melanjutkan langkahnya.

“Wah… mengerikan sekali senyumannya.” Gumam Donghae bergidik ngeri.

“Tidak adik, tidak kakak. Sama-sama mengerikan.” Lanjut Eunhyuk.

“Aku masih disini.”

Ketiga orang itu terperanjat ketika berbalik kebelakang dan menemukan wajah datar Kyuhyun.

****

“Ini tidak semudah yang kau pikirkan, Noona.” Gumam Kyuhyun sembari mengaduk-aduk jajamyeon yang mulai mendingin. Cho Ahra mengajaknya makan di sebuah kedai langganan mereka berdua. Kedai itu mulai sepi mengingat saat ini sudah hampir tengah malam.

“Memang mudah, kau saja yang mempersulitnya.” Balas Ahra ketus.

“Cih, memangnya apa yang aku lakukan?” cibir Kyuhyun.

Ahra menghempaskan sumpitnya sedikit kasar hingga Kyuhyun menoleh takut padanya.

“Istrimu itu tidak berselingkuh. Dia hanya bertemu dengan mantan kekasihnya di acara reunian yang bahkan kau juga berada disana. Dan masalah foto itu, kau sendiri juga tau kan kalau foto itu diambil beberapa tahun yang lalu? Dan saat itu kalian juga tidak saling mengenal. Lalu dimana letak kesalahan Je Wo?” jelas Ahra dengan emosi menggebu.

Kyuhyun merengut kesal, “Kau terlalu membelanya. Persis seperti dia yang sangat membela Park Seung Ho malam itu.” Cibirnya.

“Dia bukan membela tapi mengkhawatirkanmu.” Jawab Ahra cepat.

“Mengkhawatirkan apa? Yang di khawatirkannya hanya wajah Park Seung Ho yang hampir tidak berbentuk karena pukulanku.”

“Nah, itu kau tau.”

“Makanya aku bilang dia bersalah!” bentak Kyuhyun.

PLETAKK.

Kali ini tangan Ahra bekerja lebih cepat dari mulut tajamnya.

“Kenapa memukulku lagi?! Heish, pusing akibat buku tebal itu saja belum hilang dan kau sudah memukul kepalaku lagi.” Rutuk Kyuhyun frustasi. Mungkin sudah takdir pria itu karena tidak pernah menang dari kakaknya.

“Je Wo tidak bersalah. Ah, bukan. Dia tidak bersalah sepenuhnya. Kesalahannya hanya satu, lupa memberitau padamu kalau Park Seung Ho adalah mantan kekasihnya. Selebihnya, sikap kesalnya padamu malam itu bukan karena ia membela pria itu, tapi karena cemas jika sampai terjadi sesuatu pada pria yang kau pukuli itu nama baikmu akan tercemar olehnya. Kau mengerti, adikku yang bodoh?”

“Dari mana kau tau?”

“Tentu saja dari istrimu sediri.”

“Lalu kenapa dia tidak memberitauku?”

Ahra menggeram, “Cho Kyuhyun. Kau ingin kupukul lagi?” ia meneguk segelas air putih hingga habis untuk sekedar menambah energi yang terkuras habis menghadapi Kyuhyun. “Bagaimana bisa dia menjelaskan padamu kalau bicara dengannya saja kau tidak mau. Coba kau pikir, kapan dia sempat menjelaskan semuanya kalau kau tidak pernah pulang. Sekalinya pulang kau hanya beralasan mengambil beberapa barang karena ingin kembali tinggal di dorm.”

“Aku bilang hanya sementara.”

“Sama saja, intinya kau tidak ingin bertemu dengannya.”

Kyuhyun mendesah gusar, apa yang dikatakan Ahra sebenarnya sangat benar. Tapi sekalipun benar, masih ada sesuatu yang mengganjal dihatinya dan lagi-lagi membuat ia ingin menjauh untuk sementara waktu.

“Ya, mungkin kau benar. Aku memang salah.” Lirihnya.

“Bagus kalau kau tau. Jadi sekarang kau bisa pulang menemui Je Wo dan Hyunje.”

“Tidak,” gumamnya pelan. “Maksudku, aku pasti pulang. Tapi tidak sekarang.”

Ahra mengerutkan dahinya tidak mengerti, “Bukankah kau sudah tau kalau kau yang bersalah? Lalu apa lagi masalahnya?” sungut Ahra.

“Kau tidak mengerti, Noona. Masih ada yang mengganjal dalam hatiku”

“Apa lagi? Park Seung Ho?” tebak Ahra.

Kyuhyun mengangguk kecil, “Pria itu selalu mengganggu pikiranku.” Jelasnya.

“Bodoh. Kalau mengganggu ya singkirkan saja. Bukankah kau sangat ahli menyingkirkan pria mana saja yang berlalu lalang dalam hidup istrimu?”

Kyuhyun terkekeh pelan. Ya, itu memang salah satu keahliannya. Tapi kali ini berbeda, Park Seung Ho bukan pria biasa yang hanya bermulut besar. Tapi pria itu seperti sudah sangat memahami apa yang ada dalam pikiran istrinya dan segala sesuatu yang istrinya suka ataupun tidak suka. Dan hal itu yang membuat Kyuhyun merasa terkalahkan olehnya.

“Begini saja, Cho Kyuhyun. Entah apa yang masih kau pikirkan saat ini, tapi usulku kau harus segera menyelesaikannya. Ini,” Ahra memberikan secarik kertas pada Kyuhyun. “Pergi temui dia disini, aku sudah bersusah payah membuat jadwal agar dia mau bertemu denganmu.”

TBC

Oiiiiiii apa kabar? Wkwkkwkw udah lama nunggu ini blog kembali berpenghuni ya? Hahaha. Sebenarnya ini FF mau dibuat oneshoot yang panjanggggggg Cuma berhubung di ending malah ngadat jadi aku nongolin tuh TBC yang udah lama ngilang di Blog hahahaha.

Ini masih ada lanjutannya, sabar yeeee kalau cepet selesai bakal aku publish kog. Hari ini udah publish dua ff sekaligus, Cuma yang satu lagi di FB hehehe itu rada mesum. Kalau mau baca kesana ajah yoooo.

Happy reading….

Shin Je Wo.

250 pemikiran pada “A Beautiful Life 1/2

  1. astaga cho kyuhyun…..
    cemburu mu kelewatan manis….
    ckckckck…
    n baikk nya ada ahra yg nth knp jd mkin manis klo sadis bgtu ama kyupil…
    hihihi….

    thor… aku. ijin baca2 ff kece disini ya^^

  2. Ping balik: Library | Shin Je Wo

  3. awal baca masih ketawa2 sm tingkahny kyuhyun dan je wo, pas pertengah udah mulai esmosi kyuhyun dan berlanjut sm adu tonjok :O
    astaga itu foto2 bener2 frontal :O
    pantas aja kyuhyun marah.-.v
    aahhh jgn sampe mereka cerai :O
    masalahnya benerw sm egois dan keras kepala ngga ada yg mau ngalah -___-

  4. Hai kak, ijin bca ff mu ya, new reader. Ff nya bgus cm ada beberapa yg ganjel. Kyk kyu ama je wo brtengkar di dpn anaknya, trs melibatkan anak, aneh aja gt dlm kenyataan pasti gk ada. Terus keluarga kyu yg mencampuri urusan rmh tngga, kalo brcerita aja gpp tp kalo smpai tindakan kyk nya jarang ada. Kyu jg lebay bgt, cemburunya kterlaluan. Kalo marah ma istri wjar, tp memukul cowknya tu lebay, kecuali kalo je wo ketauan ciuman gt. Bahasanya rapi,

  5. Astaga tingkat kecemburuan cho kyuhyun sgt tinggi,parah bgt kalo udh cemburu sampai bikin wajah org babk belur begitu. Tapi salah seung ho jg sih mancing-mancing emosi kyuhyun, udah tau je wo udh nikah dan disitu ada suaminya masih berani aja deketin je wo. Geregetan bgt sama tingkahnya seung ho. Susah sih kalo keduanya gak mau ngalah dan sama-sama keras kepala. Padahal kyuhyun pernah selingkuh

  6. kadang nyes banget,kadang ketawa gegara eunhae,ah berantemnya sama kyak ibu bapak ane,klo berantem pasti minggat kerumah yg 1 lagi,3 bulan gk pulang.Tp jd hyunjae bener2 gak enak,sakit ati ngeliat ortu berantem,hyunjae,jgn nangis ya,calm aja

  7. Yaa ampun abang cho, , cembruannya smpai stadium akhir. Parah bgtz,, dngrin twuh cermah cho ahra.. hahahhaha ngkak sllu klw part yg ad oppadeulnya

  8. Memang susah mau nyelesain masalah tapi gak ada komunikasi sama sekali. Couple ini sama2 keras kepala, udah tau gak bisa tanpa pasangan masing2 masih aja perang (?)…
    Harus berterima kasih sama kesadisan cho ahra, sang penyelamat 😀

  9. Ak sedih liat mereka berantem,,, kasian dan prihatin liat kyu,, ak bisa sdkt mengerti dy,,, knp dy msh butuh wkt,, cm sbenernya g gt jg sih… harus bawa kata ceraii…
    Aigoo smoga mreka bs baikann… hufttt

  10. Bnran panjang nih Author cerita nya, dan aku puas hahaha
    Feel nya dapet bgt, gemes ih liat kyu yg kras kepala sma je wo yg gengsi nya selangit.
    Itu Ahra noona daebak deh, bkin ade nya lngsung tunduk 😀
    Ayo dong Je wo kyu cpet baikan..

  11. wah pertama kli nya nieh aq liat pertengkaran yg bener” hebat di antara mereka ,. bener” bkin sedih :/
    kehilangan kekonyolan mereka 😦
    semoga gg jd ceraidegh , kan gg lucu cerai gara” org gg penting itu -_-

  12. woahh kyu sifat keras kepalamu perlu di atasi… dengarkan dulu penjelasan je woo hah kau itu, aku sangatt setuju tuh dgn sikap ahra… kalo ga gitu kyu ga akan sadar

  13. wahhh… gk kepikiran kalo mereka benar² berpisah… hyunjae anak polos tapi pintar menurutku … hihihi…
    next chap nya jgn lama² yahh thor.
    hwaiting thor^^

  14. haii… aku pembaca baru diblog ini… as far as now sih aku suka sama fanfics disini!!! penulisannya rapih sama cerutanya lucu!!! bookmark aku udah ada link blog inii~ fighting!!^^

  15. suka bgt setiap ceritanya karena kyuhyun tetep digambarkan sbgai seorang artis. jadi lebih dpt gtu feelnya, sesuai kenyataannya.

Tinggalkan komentar