Miss You.

Miss u

Gadis itu mematut dirinya didepan cermin, kedua tangannya berkali-kali membenarkan tatanan rambutnya. Rambut kecoklatan colanya yang hari ini ditata dengan gelombang cantik, ia biarkan terurai. Kemudian, gadis itu mulai berhenti menata rambutnya dan beralih memerhatikan seluruh penampilannya. Ia sedikit memutar tubuh beberapa kali, memastikan semuanya terlihat sempurna. Saat ini, ia memakai pakaian bernuansa gelap. Atasan dan rok mininya yang hanya menutupi sebagian paha, sama-sama berwarna hitam. Tapi warna gelap tetap saja terlihat contras pada kulit putih bersinarnya dan bakan semakin membuat kecantikannya tampak mencolok meski ia berada diruangan yang masih teramat terang.

            Sesaat, sebelah sudut bibirnya tertarik, memunculkan senyuman kecil yang menawan pada bibirnya. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya merasa tergelitik.

            “Sampai kapan kau akan berdiri dan memerhatikan penampilanmu seperti orang bodoh? Sebaiknya cepat pergi agar kau cepat kembali dan beristirahat. Jadwal untuk besok lebih banyak dari pada hari ini, aku tidak mau melihat kau kelelahan.” Tegur seorang gadis yang sejak tadi hanya memerhatikan gadis yang sedang mematut dirinya didepan cermin.

            Gadis itu hanya menoleh sekilas, lalu ia berjalan mendekati sebuah rak dimana seluruh sepatu-sepatunya berjejer dan tersusun rapi disana, “Aku tahu, Eonnie. Malam ini aku akan menghadiri pesta pernikahan, menurutmu aku harus menggunakan hotpens dan T-shirt?” cibirnya. Ia memandingi jejeran sepatu miliknya dengan bibir yang bergumam pelan. Lalu tersenyum kecil saat tangannya menarik sepasang sepatu high heels berwarna biru.

            Gadis yang lebih tua darinya beberapa tahun itu tertawa pelan, “Bilang saja kau ingin tampil cantik karena hari ini kalian akan_”

            “Oh, yang benar saja.” Potong gadis itu cepat. Ia mendelik garang dengan wajah penuh sungutan.

            “Hei, jangan kau pikir aku tidak tahu, bodoh. Kau tidak terlalu menyukai pesta, dan seingatku sejak tadi pagi kau selalu mengeluh kelelahan karena jadwal. Biasanya saat sedang lelah, kau akan lebih menggunakan waktumu untuk mendengkur sepuasnya diatas ranjang. Tapi sekarang? Kau lebih memilih menghadiri pesta itu karena_”

            “Stop,” lagi-lagi gadis itu memotong pembicaraan. Ia mendesis pelan dengan rutukan yang sama sekali tidak dimengerti sambil memakai sepatunya, “Aku hanya tidak mau mengecewakan orang yang mengundangku. Itu saja, jangan berpikir yang tidak-tidak.” Kilahnya.

            Gadis yang masih setia memerhatikannya dengan tubuh berbaring diatas ranjang hanya menahan tawa gelinya.

            “Baiklah, aku harus pergi. Selamat malam…” pamitnya. Ia sudah hampir menyentuh knop pintu, tapi segera menepuk dahinya pelan dan berbalik, mengambil tas tangan berwarna coklatnya yang tertinggal diatas ranjang. Dan ia kembali melanjutkan langkahnya.

            Biasanya, ia dan gadis tadi selalu pergi dengan menggunakan jasa supir pribadinya. Pekerjaan mereka sebagai Entertainment mengharuskan keduanya untuk tidak bepergian seorang diri. Terlebih mereka adalah seorang gadis, dan gadis ini masih berumur 23 tahun, untuk itu teman sekaligus partner kerjanya tadi selalu bersedia mengantarkannya kemanapun ia akan pergi. Tapi malam ini itu tidak terjadi. Gadis ini sedang membutuhkan waktu sendiri untuk urusan pribadinya. Maka itu ia diberikan ijin untuk mengendarai mobilnya sendiri.

            Mobilnya melaju dengan kecepatan normal. Gadis ini memang tidak menyukai mengendarai mobil dengan laju yang berlebihan. Ia lebih suka melaju dengan santai dan ditemani oleh alunan musik klasik yang berasal dari stereo mobilnya. Bibirnya juga tidak ingin diam mengikuti irama musik itu. Ia seorang penyanyi, tentu saja hal itu membuatnya merasa tertarik.

            Namun gumaman bibirnya terhenti saat ponselnya berdering beberapa saat, menandakan ada satu pesan masuk. Ia meraih tasnya mendekat, merogoh isinya dan sesekali melirik kedepan untuk memastikan ia tidak akan menabrak saat membagi fokusnya. Setelah mendapatkan ponselnya, ia segera membuka pesan masuk itu.

            Aku baru saja selesai,

            Sekarang sedang menuju kesana.

            Kau dimana? Sudah sampai?

            Ia tak mampu menahan senyum senangnya. Malam ini akan menjadi malam seperti apa? Gumamnya dalam hati. Jelas sekali mereka datang bukan memiliki niat untuk merayakan pernikahan orang lain. Ia hanya menghela pelan, lalu kembali memasukkan ponselnya kedalam tas. Sepenting apapun si pengirim pesan itu, ia tidak akan mau merelakan dirinya untuk mengalami kecelakaan hanya karena membalas pesan saat ia sedang menyetir. Meski ia tahu nantinya akan ada rutukan kekesalan dari si pengirim pesan, gadis itu sama sekali tidak peduli.

            Ia menghabiskan tiga puluh lima menit untuk sampai dimana resepsi pernikahan yang tertutup itu akan dilangsungkan. Meski pernikahan itu tertutup dan hanya orang-orang yang memiliki undangan saja yang diperbolehkan masuk, para Netizen tetap berada dan mengerumuni area tempat itu. Sebenarnya gadis ini bersukur karena acara itu tertutup bagi para Netizen karena malam ini ia memang amat sangat membutuhkan privacy, dan puji Tuhan, moment kali ini datang dengan sangat kebetulan dan menyenangkannya.

            Dengan gaya anggun dan femininnya, ia berjalan sendirian menuju pintu masuk. Kilauan blitz kamera mulai mendatanginya. Namun ia sama sekali tidak menoleh kesana, ia hanya berjalan dengan mata menatap kebawah. Dengan penampilannya yang seksi namun tampak sederhana itu, tidak satupun Netizen yang melewatkan kamera untuk mengambil fotonya.

            Setelah melewati para Netizen, akhirnya gadis ini berhasil masuk kedalam. Ia harus melewati sebuah lorong panjang untuk dapat berada dimana seluruh orang pasti sudah berkumpul. Lorong itu dilapisi kaca hitam yang gelap tapi dapat melihat pemandangan luar, berbeda jika melihatnya dari luar yang sudah pasti tidak dapat melihat kedalamnya.

            “Hei, disini!”

            Gadis itu menoleh pada dua orang wanita yang sedang melambai kearahnya ketika baru saja ia menyecahkan kaki memasuki ruangan resepsi. Ia tersenyum simpul dan melangkah menghampiri keduanya, “Annyeonghaseo…” sapanya sopan dengan tubuh sedikit membungkuk.

            Kedua wanita itu membalas senyumannya.

            “Kau datang sendiri?” tanya wanita yang memakai gaun pesta mahal berwarna putih polos.

            “Ne, aku datang sendiri. Eonnieku terlalu lelah untuk menemani.” Kilahnya.

            Lalu ketiga orang itu terlibat percakapan kecil. Ia memang cukup mengenal baik kedua wanita itu. Mereka sering berjumpa dalam beberap acara ataupun bernyanyi diatas panggung yang sama. Pernikahan hari ini adalah pernikahan seorang penyanyi terkenal di Korea, tentu saja hampir undangan yang hadir adalah orang-orang yang menggeluti bidang yang sama.

            Disela-sela percakapan mereka, gadis ini sempat memerhatikan sekitarnya. Interior ruangan resepsinya sangat menganggumkan baginya. Mewah, elegan dan tidak terlalu mencolok. Dan ketika gadis ini mengarahkan pandangannya kearah pintu masuk, matanya sedikit membesar menemukan sosok pria yang melangkah masuk dengan senyuman mengembang. Pria itu tampak masuk dengan seorang pria lain yang juga gadis ini kenali.

            Mata gadis ini tidak berhenti memandangi gerak-gerik si pria. Pria itu tampak menawan dengan celana dan jas hitamnya. Dibalik jas hitamnya, gadis itu dapat melihat kemeja putih yang dikenakan si pria. Terlalu simple, bantinnya. Lalu ia berbalik memerhatikan penampilannya. Hitam, mereka sama-sama memakai pakaian yang sama.

            Kenapa kebetulan sekali? Batinnya lagi.

            Dan saat ia kembali mengangkat wajah keatas, seketika ia bertemu pandang dengan pria itu. Entah sejak kapan pria itu menyadari keberadaannya. Dan saat ini, ia hampir melelah saat si pria tersenyum canggung dengan manisnya. Ia mengerjap beberapa kali, berdehem pelan saat memalingkan wajahnya, berusaha masuk kembali dalam percakapannya dan dua wanita tadi.

            Ia mulai merasa wajahnya menghangat. Padahal hanya karena saling bertemu pandang saja. Baiklah, harus ia akui kalau mereka sudah tidak pernah bertemu sejak… sejak dua bulan yang lalu, atau mungkin tiga bulan? Ia juga hampir saja lupa. Tapi yang pasti, untuk mereka yang sama-sama berada dalam dunia Entertainment, terlalu sulit meski hanya untuk bertemu dan melepas rindu.

            Miris memang, tapi mau bagaimana lagi. Beginilah cara mereka memadu kasih selama ini. Kalau dulu, mungkin mereka masih bisa bertemu diam-diam disebuah tempat, menghabiskan satu atau dua jam untuk melepas rindu. Tapi sekarang sangat sulit untuk melakukannya. Selain terhambat oleh jadwal masing-masing, lalu keduanya yang harus bepergian keluar negri untuk bekerja, belum lagi demi menghindari skandal yang begitu menakutkan.

            Beberapa hari ini saja, sudah terdengar bisikan-bisikan mengenai hubungan si pria dengan seorang gadis yang katanya adalah kekasih pria tersebut. Saat mendengar bisikan-bisikan itu, gadis ini sedikit merasa was-was. Apa mungkin ada yang mengetahui hubungan mereka? Tapi tidak mungkin, sejauh ini mereka selalu dapat menjaga jarak, bahkan selalu tampak tidak saling mengenali satu sama lain.

            “Bagaimana kalau kita pergi kesana.” Ajak salah satu wanita itu.

            “Baiklah.” jawab wanita lainnya. Ia menatap gadis itu dengan tatapan menunggu.

            Gadis itu tersenyum lembut, “Aku disini saja, kalian pergilah lebih dulu.” Tolaknya sopan.

            Kedua wanita itu mulai pergi dan meninggalkannya sendirian. Ia mendesah lega dan berniat kembali menoleh pada pria tadi. Dan jantungnya hampir terlonjak begitu saja saat pria itu sudah berdiri tepat dibelakangnya.

            “Kenapa kau disini?” tanya gadis itu terkejut. Wajahnya tidak dapat menutupi rasa terkejutnya. Ia meneguk ludah beratnya, lalu mulai memandang sekeliling. Takut jika ada yang menyadari mereka berdua yang berdiri dengan jarak begitu dekat.

            Pria itu tidak menyahut, ia hanya mengangkat sebelah alisnya ketika memandangi wajah gadis ini. Ekspresi wajahnya memang tidak terbaca, tapi gadis itu tahu akan arti tatapan pria itu.

            “Kenapa tidak membalas pesanku?”

            “Aku sedang menyetir,” jawabnya pendek. Ia mulai bergerak-gerak tidak nyaman ditempatnya. “Sebaiknya kau pergi dulu, nanti ada yang melihat kita bagaimana?”

            Helaan napas berat pria itu terdengar sehingga gadis ini meliriknya melalui celah bulu mata lentiknya. Pria itu tampak sedang mencari-cari sesuatu dengan mata liarnya yang bergerak kesana kemari memandangi penjuru ruangan.

            Apa yang sedang ia cari? Batin gadis ini. Selagi pria itu masih memandangi sekitar mereka, ia juga tidak ingin membuang-buang kesempatannya untuk tidak memandangi wajah pria itu. Masih sama, hanya sekarang ia jauh lebih tampan, pikirnya. Yeah… memangnya sejak kapan ketampanan pria itu berkurang dimatanya?

            “Ikut aku.”

            Ia tersadar dari lamunannya ketika pria itu bersuara dan mulai beranjak meninggalkannya. Otaknya sama sekali tidak mengerti dengan perintah pria itu, tapi tubuhnya telah bergerak begitu saja mengikuti kemana pria itu melangkah. Mereka tidak berjalan beriringan karena gadis ini berjalan dibelakang tubuh pria itu dengan wajah sedikit menunduk.

            Mereka adalah sepasang kekasih, itu benar. Namun, untuk berpegangan tangan saja sepertinya ia dapat menghitungnya dengan jari. Terlalu jarang.

            Saat melewati seorang pelayan yang membawa sebuah nampan berisi minuman, pria itu menyambar dua buah gelas dari pelayan itu tanpa menghentikan langkahnya. Wine, dasar maniak, umpat gadis ini dalam hati.

            Pria itu kini membawanya berbelok kekiri, lalu berhenti melangkah dan berbalik menghadapnya. Ia memandang pria itu dengan dahi berkerut, lalu melirik kebalakang bahu pria itu dan ia semakin menambah kerutan dahinya.

            “Mau apa kita kesini?” tanya gadis ini spontan. Ia hanya menemukan dinding putih yang disamping dinding itu terdapat kaca yang sama seperti lorong yang ia lewati tadi. Disamping dinding lainnya juga terdapat dinding yang membentengi. Lebih tepatnya, mereka berada dilorong kecil yang sempit dan hanya mampu menampung sekitar empat orang disana.

            “Berkencan, apa lagi?” jawab pria itu biasa. Ia menyodorkan segelas wine pada gadis itu yang menerimanya dengan wajah malas. Lalu menyandarkan punggungnya pada dinding dibelakangnya. Menekuk sebelah kakinya hingga ia dapat berdiri nyaman, lalu membenamkan sebelah tangannya yang bebas kedalam saku celana.

            Gadis itu mendesah, lalu menyipitkan kedua matanya, “Seingatku, kita datang untuk menghadiri resepsi pernikahan.” Ujarnya.

            Pria itu menyunggingkan senyum nakalnya. “Tapi seingatku aku sudah mengatakan padamu kalau kita datang untuk bertemu, iya, kan?”

            Gadis itu tahu kalau pria itu sedang menggodanya. Ia mendengus pelan, dan turut menyandarkan diri pada dinding disebelahnya, dinding yang berbeda dengan dinding yang pria itu sandari. Matanya menerawang menatap keluar kaca, pemandangan seoul dimalam hari dengan seluruh sinar lampu yang menerangi. Ia melirik gelasnya, lalu menggoyangkan gelas itu beberapa kali sebelum menyesapnya.

            “Kau tidak takut ada yang melihat kita disini?” tanya gadis itu pelan. Matanya bertumpu pada gelas wine miliknya.

            “Kaca ini sangat membantu, kau tahu, kan?”

            “Hem.”

            Ia tahu pria itu tengah menatapnya. Tapi masih belum ingin untuk membalas tatapan itu. Selain merasa canggung, gadis ini juga selalu merasa lelah jika melihat bagaimana keadaan mereka yang begitu terlihat miris. Begitu dekat, tapi juga terasa begitu jauh.

            “Sampai kapan?” gumamnya pelan. Lalu wajahnya menoleh dengan keberanian yang ia bangun beberapa saat yang lalu. “Sampai kapan kita akan terus seperti ini?”

            Tatapan pria itu melembut, sendu dan sayu. Ia seperti mengerti makna dibalik pertanyaan gadis ini. Dan sialnya, gadis ini kini merasa bersalah karena telah melontarkan pertanyaan seperti itu. Bukankah seharusnya mereka bersenang-senang malam ini karena dapat kembali bertemu? Kenapa ia malah mengacaukannya dengan pertanyaan bodoh seperti itu.

            “Lupakan saja.” Sambungnya dengan sebuah senyuman kecil. Senyuman pertama yang ia tunjukkan pada pria itu malam ini.

            Pria itu mendesah, lalu mulai meneguk habis isi gelasnya. Berjengit kecil setelah melepaskan gelas itu dari bibirnya.

            “Kalau masih kurang, kau bisa menghabiskan milikku. Malam ini aku menyetir, aku tidak bisa minum terlalu banyak.” Ujar gadis ini. Ia memang menyukai wine, tapi tidak seperti pria itu yang begitu menggilai wine.

            Pria itu menatapnya sejenak, lalu mengangguk. Ia meletakkan gelasnya kebawah, lalu menyodorkan tangannya kedepan.

            Saat tangan gadis ini terulur memberikan gelasnya, pria itu bukan mengambil gelas itu, melainkan menarik pergelangan tangan gadis ini agar mendekat padanya, lalu memutar tubuh gadis ini hingga kini, mereka bertukar posisi. Hanya dalam beberapa detik, tubuh gadis ini telah berada dalam kurungan tubuh si pria.

            Gelas itu masih ia pegang dan terangkat sebatas dada pria itu. Wajah gadis ini tampak terkejut hingga ia hanya dapat terpaku menatap wajah kekasihnya yang menyunggingkan senyuman menggoda.

            Pria itu melingkar kedua tangannya disepanjang pinggang gadis ini hingga jarak mereka semakin menyempit, “Kau tidak merindukanku?” bisiknya deduktif.

            Gadis ini mengerjap beberapa kali, lalu meneguk ludah berat hingga akhirnya ia hanya dapat memalingkan wajahnya pada jendela kaca. Ia yakin rona merah diwajahnya telah tercetak dengan jelas.

            Tawa geli si pria terdengar, namun terpaan napas hangatnya yang lebih membuat gadis ini kehilangan fokusnya, “Wajahmu kenapa?” bisiknya lagi.

            “Jangan menggodaku. Minggir, nanti ada yang melihat.” Protesnya, tapi tidak sekalipun ia mendorong tubuh itu.

            “Disini tidak ada siapa-siapa.”

            Matanya mulai melirik keatas, lebih tepatnya pada kedua mata nakal milik pria itu yang berbinar menatapnya, “Lalu, kau ingin melakukan apa?” tantangnya. Ia kembali meneguk winenya.

            “Menciummu.”

            Gadis ini hampir saja tersedak setelah mendengar jawaban pria itu. Wine yang berada dalam mulutnya belum ia teguk sepenuhnya, dan ia semakin tidak dapat meneguknya ketika pria itu mulai membungkukkan diri mendekati wajahnya. Hingga ketika bibir mereka mulai bersentuhan, ia seperti membiarkan wine itu meleleh keluar dalam bibirnya.

Tapi tidak, wine itu tidak meleleh keluar seperti yang ia pikirkan. Wine itu kini berpindah tempat ketika pria itu menyesapnya melalui bibir kecilnya. Bibirnya seperti menjadi gelas pengganti untuk pria itu meneguk sisa winenya. Ia terlena, memejamkan mata saat tubuhnya seperti terangkat karena pelukan erat kekasihnya. Tangannya yang bebas memeluk leher pria itu spontan, meremas rambut pria itu dengan ritme perlahan.

Mereka sedang melepas rindu. Rindu yang tertahan sejak beberapa bulan yang lalu. Kepala mereka bergerak-gerak sesuai ritme yang mereka hadirkan. Bibir basah gadis ini karena wine telah berganti dengan basah akibat bibir kekasihnya.

“Bertahanlah,” bisik pria itu disela-sela cumbuannya yang mulai merambat turun. Telinga, leher dan dada gadis ini. “Jangan merasa lelah dengan hubungan ini.”

Matanya terbuka perlahan, pria ini sedang memintanya untuk tidak menyerah dengan rasa lelahnya. Ia melirik wajah pria itu, tapi tidak bisa karena wajah pria itu terbenam dalam lehernya. Deru napasnya terasa jelas ketika ia bernapas disana. Gadis ini melingkarkan tangannya yang masih memegang gelas pada pinggang pria itu, lalu menarik wajah pria itu menjauh dari lehernya. Kini mereka hanya saling memandang, saling berbalas perasaan melalui tatapan mata.

Gadis ini tersenyum manis, membelai jemarinya pada wajah pria itu. Menyeka beberapa peluh di dahinya, lalu membelai sisa wajahnya yang lain dengan sayang, “Aku juga merindukanmu,” gumamnya. Ia mendekatkan wajahnya, menyatukan dahi mereka hingga kedua ujung hidung mereka bersentuhan.

Mereka menutup kedua mata bersamaan, menyesapi sensasi hangat dan menggebu hanya dengan sentuhan seringan itu. Letupan-letupan kebahagian itu meraka rasakan bersama. Gadis ini telah menyadari satu hal. Meski sulit untuk bertemu, sulit untuk memeluknya dan sulit untuk sekedar menyapa satu sama lain, tapi ia selalu mendapatkan cinta pria itu. Sebuah kenyataan yang tidak dapat direnggut oleh kenyataan lainnya. Pria itu mencintainya, seperti ia yang mencintai pria itu.

Saat gadis ini tersneyum, pria itu membuka matanya.

“Kenapa kau tersenyum?”

Ia turut membuka kedua matanya.

“Jadi seperti ini caramu meminum wine yang aku tawarkan?”

Senyuman bocahnya mengembang, ia membenturkan pelan kedua dahi mereka. “Wine seperti itu adalah wine ternikmat di Dunia. Jangan bilang kau tidak menyukainya.”

“Kalau kau meminumnya dari gelas lain?” godanya dengan menekan kata gelas dengan maksud yang berbeda.

Pria itu tergelak, “Maka rasanya akan berbeda. Kenikmatannya akan terasa hanya jika gelasnya adalah ini.” Telunjuknya menyusuri bibir gadis ini.

Gadis ini menepis telunjuk pria itu dan tertawa lucu, “Tapi kudengar kau sudah memiliki kekasih sekarang.” Sindirnya dengan seringaian.

Pria itu memutar bola matanya malas, “Sekarang? Tentu saja, aku sedang memilikimu, kan?” jawabnya.

“Ck, aku mendengar dari banyak orang. Sepertinya kau akan segera terlibat skandal.”

“Apa peduliku.”

“Kau tidak peduli?”

Pria itu memandangnya dengan mata menyipit penuh ancaman, “Lalu kau, jika benar aku terkena skandal, apa kau akan peduli?”

Ia mematung sesaat, tapi setelah itu kembali tersenyum. “Tidak.”

“Bagus.” Desah pria itu, lalu kembali mendekatkan wajahnya.

“Tapi aku akan mengulitimu jika gadis itu bukanlah aku.”

Sontak pria itu kembali menarik wajahnya dengan terkesiap. Gadis itu sudah menyunggingkan senyum kemenangannya dengan sangat penuh.

“Eiy, kau gadis cantik yang begitu kriminal.”

“Kau salah, aku bukan hanya cantik tapi aku juga seksi.” Sahutnya dengan kekehan geli.

Pria itu berjengit sesaat, lalu melirik seluruh tubuh gadis ini dengan mata menyipit. Saat ia kembali menatap gadis ini, ia sudah menyunggingkan senyum andalannya, “Benar, kau juga seksi.” Gumamnya.

“Heish.” rutuk gadis itu. Ia memalingkan wajah pria itu dengan telapak tangannya karena tidak tahan dengan tatapan menggoda pria itu.

“Apa lagi kalau kau sudah memamerkan paha seksimu kemana-mana. Nona, kau ingin merayu siapa lagi selain aku?”

“Kalau aku tidak memamerkan paha seksiku, kau tidak mungkin tergila-gila padaku seperti ini, Tuan. Kau lupa kalau salah satu sifat mesummu adalah mengagumi seluruh kaki wanita seksi?”

“Tidak, aku hanya mengagumi milikmu saja.”

“Katakan itu pada wajah bodohmu.”

Gadis ini mendorong tubuh pria itu menjauh, ia berniat melepaskan diri dan pergi menjauhi pria itu. Mereka sudah terlalu lama berduaan, ia tidak mau ada yang curiga. Tapi baru saja ia selangkah meninggalkan pria itu. Pergelangan tangannya kembali tertarik dan dalam sekejap ia sudah kembali ketempatnya.

Pria itu menggeleng pelan, lalu mengambil gelas yang masih ia pegang dan meletakkannya kebawah. Ia kembali meraih pinggang ramping kekasihnya, lalu meraih jemari gadis itu dan mengecupnya berkali-kali.

“Ck, kita sudah terlalu lama disini.”

“Tidak sebanding dengan lamanya kita tidak bertemu,” balasnya yang kini sudah kembali berpindah mengecupi kembali leher kekasihnya. “Aku masih ingin bermesraan denganmu.”

Gadis ini tergelak. Kalau sudah begini, mana mungkin ia akan protes. Lagi pula… ia juga masih sangat merindukan kekasihnya.

 

FIN.

*Senyum cantik*

 

Hayooooo pasti pada bingung kekekeke. Semua tokoh diatas aku serahkan dengan masing-masing pemikiran kalian hahaha. Ini adalah ide absurd yang sarap to the max! Tapi sekedar buat aku lucu-lucuan, entar di komen kasih tau siapa bayangan kalian ya… hahaha. Biasanya tuh aku suka ketawa sendiri baca komenan aneh bin ajaib kalian #Plakkk

 

 

Shin Je Wo.

 

195 pemikiran pada “Miss You.

  1. eonni saquellll *maksa 😀 , ah ya Anna Imnida 95Line , reader baru disini 🙂 .. Pas baca ini pertamanya bingung sama pemeran nya , tapi pas petengan aku ngebayangin Kyuhyun sama Je Wo .. Jangan lupa Saquel nya eon ditunggu 😀

  2. Kalo yg cowo langsung ngebayangin si kyu oppa..mirip soalnya sama karakter ny..tapi kalo cewe masih abu2 alias msh ga bisa bayangin…soalnya klo je wo uda tertanam di pikiran aku, yahh sebagai istri kyu yg bukan dari kalangan artis..seorang ibu dari 2 org anak…hehehe..

  3. Karena je woo itu cantik dan seksi dan disukai banyak pria maybe yes castnya bisa kyuhyun bisa siwon oppa,atauuuu donghae oppa ahh pokoknya je woo mah sama cowo ganteng mana aja bisa hehe
    Tapi udah terlanjur bayangannya kyuhyun oppa denkkk hehehe 😀

  4. annyeong author,,q reader baru 93line
    ceritanya romantis bgt,,q pastinya byangin kyu oppa tp klo cwe y g tau siapa bingung 🙂
    tp mereka malah berduaan ya? blm ktemu ma pengantin nya tuh?!

  5. Wah kl aku m udh byangin kyuhyun sm je wo doang 😀 haha
    siapa lg yg slalu memamerkn kakinya selain je wo ^^ hoho
    bacanya smbil tahan napas sumpah 😛 wkswks~
    rindu yg sdh lama tdk tersalurkan akhirnya begitu kl udh ketemu 😀
    bener2 keren deh unn 😀

  6. Ping balik: Library | Shin Je Wo

  7. udah byangin klo gadis itu je wo n kekasihnya kyu,. Aigoo kyu kau bnar” mesum eoh?? :O
    hwaaaaa mereka romantis bnget,. >.< 😀 wkwkwk

  8. Ak baca bnr” smp tak eja perkata tp g ketemu nama 1 pun… Kl cowo’ny ak mikir’ny sih kyu.. Soal’ny dy penggila wine yang ak tau…
    Kl cewe’ny siapa y? Je wo? Bukan deh kyk’ny dy kan bukan artis.. Aduh ak jd pusing
    Tp ak g terima kl kyu selingkuh

  9. Kayaknya sih udah baca aku ini hihi, tapi nggak tau pas itu ninggalin komen apa nggak aku lupa, jadi yaah kalau komen double nggakpapa kan, maklum lupa, siapa tau juga belum komen… kyuhyun sayang banget ya sama je wo, betah banget hubungan jarak ‘jauh’ gitu 🙂

  10. Kirain tadi itu ada nama cast.nya, aku baca sampai akhir kok nggak ada. Aku pikir mungkin nama castnya di awal nggak muncul kemungkinan di pertengahan gitu. Eh ternyata disuruh bayangin sendiri pemerannya hhehe..
    Kalau aku sih bayangin Kyuhyun sma Shin Je Wo pasti.nya 😀 kasihan juga sih hubungan mereka yg harus ditutupi gitu. Apalagi mereka juga nggak bisa bebas kalau bertemu..

  11. ah itu pasti si evil kyuhyun dan cewenya saya #plak# shin je wo maksudnya 🙂

    romantis tapi hubungannya rumit berasa lagi maen petak umpet hubungannya gak boleh ketahuan sama orang piss!!

    figthing kak ditunggu ff selanjutnya

  12. kyuhyun sama gua kaliya?? #Lol (emang situ ok?!) wkwkwk habis banyak yg nebak2 kyuhyun ma artis kyuhyun ma jewo, mendingan bilang diri seeendiri aja,dddripada nnuduhh2 gak boleh kan thor., 😦 #gubrakk abaikan yg di atas, kyuhyun jewo sih yg ada di fikiran aku 😀

  13. disaat hampir semua readers bayanginnya Cho Kyuhyun aku malah bayangin Lee Hyuk Jae XD
    Aaarrghh aku harus gimana dong aku terlanjur terpesona sama sosok Lee Hyukjae yang selalu jadi orang ketiga diantara Je Wo sama Kyuhyun.. kan kasihan jadi selingkuhan mulu 😥

Tinggalkan komentar